JAKARTA- Rencana reklamasi Teluk Benoa, Bali hingga kini masih menuai pro kontra. Hal ini cukup masuk akal lantaran isu reklamasi dibumbui kepentingan politik yang sangat kental dan adanya permainan investor tingkat tinggi. Sehingga perdebatan pun kian ramai di media massa dan media sosial.
Pihak yang kontra dengan wacana ini berpandangan nelayan paling dirugikan akibat reklamasi. Namun bagi yang pro reklamasi tidak demikian. Justru proyek ini sangat menguntungkan nelayan dan masyarakat setempat.
Ketua Sekretariat Kerja Pelestari dan Penyelamatan Lingkungan Hidup (SKPPLH), I Made Mangku, adalah tokoh yang paling vocal menyuarakan pentingnya revitalisasi Teluk Benoa yang berbasis reklamasi. "Perlu diketahui kondisi teluk benoa sekarang sudah terjadi pendangkalan yang amat sangat dan sedimentasi sudah hampir menyentuh pesisir mangrove, terjadi pula luberan sampah di mana-mana dengan kondisi seperti diatas dengan otomatis tidak ada ikan lagi yang bisa ditangkap oleh nelayan di teluk pada saat laut surut," paparnya Sabtu (4/10/2014)
Dengan kondisi yang sudah tidak berpihak pada nelayan, Ia berharap investor wajib menyiapkan tempat budidaya untuk nelayan seperti, kerambah ikan, udang, kerang, kepiting dan juga budidaya rumput laut yang tumbuh edemik yaitu (bulung boni), dengan biaya alat-alat berbudidaya disiapkan oleh investor.
“Begitu pula terhadap hasil budidayanya disiapkan pasar atau di beli oleh investor melalui dana CSR perusahaan,” imbuhnya.
Dia menyarankan, perlunya pemasangan silk protektor saat proses pembangunan dimulai, untuk membatasi area pembangunan dan jalur nelayan. Selain air yang tetap bersih dan tumbuhan laut yang tetap bisa hidup.
"Akses nelayan pada saat reklamasi dan khususnya pada pembangunan berlangsung adalah, sebelum pembangunan dikerjakan ada proses pra konstruksi dengan melakukan pemasangan Silk protektor,” sebutnya.
Dia menambahkan, penyediaan lahan di wilayah pesisir dilakukan dengan memanfaatkan lahan atau habitat yang sudah ada. Beberapa contohnya adalah perairan pantai, lahan basah, pantai berlumpur, dan sebagainya yang dianggap kurang bernilai sehingga dibentuk menjadi lahan lain yang dapat memberikan keuntungan.
Sementara itu, Guru Besar Kelautan dan Pesisir Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Dietrich G Bengen mengakui, lingkungan alam Teluk Benoa sangat unik dengan sumber daya alamnya yang bagus. Menurutnya, hal lain paling menonjol di teluk ini adalah ekosistem mangrove dan laut sebagai sumber kehidupan biotanya, termasuk ikan.
"Pendangkalan ini menyebabkan nelayan tidak setiap saat bisa menangkap ikan. Aktivitas watersport pun tidak setiap saat," katanya.
Menurutnya, perlunya revitalisasi berbasis reklamasi yakni membangun pulau-pulau baru. Dengan revitalisasi, lanjutnya, Pulau Pudut yang selama ini mengalami abrasi keras akan dikembalikan seperti semula. "Salah satu paling jelas kita amati adalah saat air laut surut terjadi pedangkalan. Dengan adanya pendangkalan setiap saat, ekosistem mangrove dangkal dan mengalami gangguan. Nah, untuk itu perlu upaya perbaikan melalui revitalisasi yang berbasis reklamasi, agar alur yang dangkal diperdalam," pungkasnya.
(Stefanus Yugo Hindarto)