Menurutnya, Rumoh Aceh tahan gempa karena tidak menggunakan paku, tapi kayu-kayu rangka bangunan yang diroek atau dipasang saling berkaitan satu sama lain, kemudian dikunci dengan bajoe atau pasak sehingga lebih dinamis dan tahan dari guncangan.
“Belum ada dalam sejarah Aceh, gempa besar yang merobohkan Rumoh Aceh. Berkali-kali digoyang gempa, Rumoh Aceh tetap berdiri tegak,” tutur pria yang juga kolektor manuskrip sejarah dan naskah kuno Aceh itu.
Selain tahan gempa dan banjir, Rumoh Aceh juga memudahkan evakuasi saat kebakaran. Itu sebabnya, kata Tarmizi, atap Rumoh Aceh dibuat dari bahan rumbia yang diikat dengan tali rotan. “Saat kebakaran, tinggal digunting rotannya. Atap itu akan roboh semua, mudah menyelamatkan diri.”
Berdasarkan analisis struktur, Rumoh Aceh pernah diuji secara laboratorium melalui miniatur kecil dan perhitungan SAP 2.000. Widosari (2010), dalam Local Wisdom-Jurnal Ilmiah Online 'Mempertahankan Kearifan Lokal Rumoh Aceh dalam Dinamika Pasca Gempa dan Tsunami', hasilnya Rumoh Aceh mampu bertahan dari gempa karena struktur utama yang kokoh dan elastis.
“Kunci kekokohan dan keelastisan ini adalah pada hubungan antarstruktur utama yang saling mengunci, hanya dengan pasak dan bajoe, tanpa paku serta membentuk kotak tiga dimensional yang utuh (rigid),” tulisnya.