Keelastisan ini menyebabkan struktur bangunan tak mudah patah, namun hanya terombang-ambing kanan kiri saat gempa, kemudian tegak atau bangunan terangkat ke atas (telikuifaksi) yang selanjutnya jatuh kembali ke tempat semula. Jika bangunan bergeser pun hanya beberapa sentimeter dan dalam keadaan utuh.
“Sebuah fondasi batu utuh yang hanya ditanam sedikit (5 cm) juga memperlentur pergerakan keseluruhan bangunan sesuai dengan pergerakan tanah.”
Widosari berkesimpulan, tiga komponen struktur utama yang menjadi pusat kekukuhan bangunan meliputi fondasi (komponen kaki) sebagai pusat beban bangunan besar, kemudian tiang dan balok antartiang (badan) sebagai penyalur beban dari atas dan samping, serta rangka atap (kepala) sebagai penyangga beban elemen paling atas bangunan dari samping atas.
Rumoh Aceh bisa menjadi alternatif bagi masyarakat yang tinggal di daerah rawan gempa seperti Aceh. Tarmizi menilai rumah ini harus terus dilestarikan sebagai warisan budaya. “Rumah ini cocok untuk kita di Aceh yang sering gempa.”
Dia berharap ahli bangunan atau arsitektur bisa mencari solusi alternatif bahan bangunan pengganti kayu untuk pembangunan rumoh Aceh. “Yang penting kita minta gaya dan arsitektur khas Rumoh Aceh jangan diubah,” tuturnya.
(Kemas Irawan Nurrachman)