BANDUNG - Banyak cerita menarik yang terjadi saat pelaksanaan Konferensi Asia Afrika (KAA) pada 1955 di Bandung. Hal itu masih terekam dalam ingatan Inen Rusnan, fotografer yang bertugas memotret kegiatan KAA saat itu.
Salah satu momen yang paling diingatnya adalah iring-iringan para delegasi berbagai dunia dari Hotel Preanger dan Hotel Savoy Homan menuju lokasi pembukaan KAA di Gedung Merdeka.
Bagi warga Bandung saat itu, kehadiran para kepala negara dan pejabat penting dari berbagai negara jadi tontonan menarik. Maklum, saat itu tempat untuk mencari hiburan tidak semudah seperti sekarang.
"Dulu mah bioskop masih bisa dihitung, paling juga nonton sandiwara. Mal juga tidak ada. Makanya kegiatan KAA waktu itu sangat menarik perhatian warga," ujar Inen saat ditemui di rumahnya di kawasan Ciumbuleuit, Kota Bandung.
Dalam pengamatan Inen, tak terhitung berapa ratus ribu orang yang hadir di sekitar area iring-iringan delegasi berbagai negara. Hal serupa juga terjadi saat mereka turun dari Bandara Husein Sastranegara menuju hotel tempat para delegasi menginap.
Tapi yang paling lekat di ingatannya saat itu adalah tertibnya warga saat menyaksikan kegiatan KAA. Meski jumlahnya sangat luar biasa, semuanya bisa diatur dengan baik. Mereka tidak melanggar batas yang diperbolehkan untuk menyaksikan para delegasi dan kegiatan KAA.
Sementara saat menyaksikan kegiatan, warga yang datang membawa berbagai perbekalan dari rumah. Sebab di lokasi sangat sulit ditemukan orang yang berjualan. "Makanan yang dibawa juga paling-paling kacang rebus, singkong rebus, makanan-makanan (tradisional) seperti itulah," ungkapnya.
Tapi yang patut diacungi jempol, warga yang datang tidak membuang sampah sembarangan. Bahkan ketika kegiatan berakhir, tidak ada sampah di lokasi. "Itu benar-benar bersih di sana. Tidak ada yang berani buang sampah. Semua warga juga tertib," jelas Inen.
Menurutnya, saat itu panitia penyelenggara KAA, aparat, warga, dan berbagai elemen lainnya punya kekompakan. Mereka ingin menunjukkan yang terbaik di mata para delegasi berbagai dunia. "Semuanya kompak ingin penyelenggaraan KAA sukses," kata pria 78 tahun.
Disinggung apa sebenarnya yang membuat warga begitu tertib, Inen membuka rahasianya. Saat itu, selain ingin ikut menyukseskan KAA, warga benar-benar tunduk pada aparat keamanan.
"Waktu itu tidak ada komando jangan buang sampah sembarangan. Yang ada hanya aparat memberitahu beberapa warga jangan buang sampah sembarangan," tuturnya.
Dari situ, pesan pun menjadi berantai. Masing-masing warga saling mengingatkan agar tidak membuang sampah. "Jadi warga itu bilang saling ngasih tahu jangan buang sampah sembarangan, nanti kalau ketahuan tidak boleh nonton," jelasnya kemudian tersenyum.
Inen pun kagum karena warga begitu mudahnya diingatkan demi suksesnya penyelenggaraan KAA. Hingga akhirnya pelaksanaan KAA sukses dengan segala kemeriahan dan hasilnya untuk perdamaian dunia.
Ia pun berharap hal serupa kembali terjadi. Peringatan HUT KAA ke-60 jangan sampai meninggalkan sampah atau masalah lainnya. Sebab hal itu dikhawatirkan akan membuat citra Indonesia tercoreng di mata dunia internasional.
(Risna Nur Rahayu)