Sebab, lanjut dia, semasa itu ada seorang nelayan yang ingin memotong tembaga jangkar. Namun, usaha pemotongan tersebut tidak berhasil. Bahkan, sang nelayan justru jatuh sakit.
"Menurut cerita terdahulu, jangkar itu merupakan peninggalan Portugis. Waktu itu Pulau Tikus diketahui sebagai tempat persinggahan kapal-kapal besar. Pulau ini sudah ada sejak dahulu, kalau tahunnya saya kurang tahu persis," kata Damri yang telah 20 tahun berada di Pulau Tikus, saat ditemui Okezone.
Bukan hanya jangkar dan dermaga peninggalan zaman penjajahan, di pulau yang berada di perairan Kota Bengkulu atau berdekatan dengan Bagansiapiapi, sekira 72,4 km, ini juga memiliki keramat Syekh Haji Kamil.
(Carolina Christina)