Marinir Belanda Berseragam AS, Soekarno Protes pada Truman

Randy Wirayudha, Jurnalis
Senin 11 Mei 2015 04:29 WIB
Foto: ilustrasi Okezone
Share :

KETIKA pemerintah Indonesia berusaha keras “melayani” segala permintaan sekutu soal kedatangan militernya ke Indonesia, ancaman nyata sudah sangat terasa, bahwa Belanda memanfaatkan momentum itu untuk menancapkan kekuatan militernya pula.

Keadaan kian menggelisahkan, terlebih saat pasukan marinir Belanda dengan seragam Amerika Serikat (AS), ikut menjejakkan kaki di Indonesia sejak 30 Desember 1945. Ketika sekutu “sibuk” mengurusi tawanan pasukan Jepang dan membebasan tawanan interniran, Belanda ikut “sibuk” menyiapkan militernya sendiri.

Tujuannya tentu untuk menguasai lagi nusantara setelah sekutu dirasa selesai dengan tugasnya, sekaligus “menciptakan ketertiban” di Indonesia. Apalagi, sejumlah aksi hingga menimbulkan bentrokan acap tak terhindarkan, terlebih pasca-pertempuran 10 November 1945.

Marinir Belanda ikut membantu sekutu “membersihkan” Kota Surabaya ke sejumlah wilayah pinggiran selatan, salah satunya pada 11 Mei 69 tahun silam (1946).

Marinir Belanda “Divisi A” sedianya sudah datang ke Surabaya dengan sejumlah kapal sekutu dari Singapura, di bawah komando Kolonel Mattheus Reindert de Bruyne, pada 15 Maret 1946, untuk mengambilalih pengawasan Kota Surabaya dari pasukan Inggris Divisi Kelima India.

“Itu ketika Marinir Belanda belum lama mendarat di Surabaya, ikut aksi pembersihan di pinggiran Surabaya, di antaranya Buduran, Sedati arah selatan, Kota Sidoarjo untuk membantu sekutu,” papar penggiat sejarah Bogor Historical Community, Wahyu Bowo Laksono kepada Okezone.

Dalam aksi pembersihan dan kontra-intelijen, Marinir Belanda itu tak terhindarkan terjadi beberapa baku tembak dengan pihak Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pimpinan Kolonel Soengkono maupun Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP).

“Pasukan yang bentrok dengan Marinir Belanda di Surabaya dan front Buduran, Sedati, campuran dari pasukan TRIP dan TKR pimpinan Kolonel Soengkono,” tambahnya.

Sepak terjang Marinir Belanda kian menghebat dan menimbulkan tak sedikit korban di pihak TKR, terlebih ketika ikut terlibat Agresi Militer Belanda pertama dan kedua. Sebuah fakta yang ironis, di mana kekuatan militer Belanda yang satu ini, tak lepas dari bantuan AS.

Seolah-olah, mereka mendapat dukungan penuh AS dalam konfrontasi dengan Indonesia, sebuah negara yang berdaulat sejak dicetuskannya Proklamasi 17 Agustus 1945.

Memang pada kenyataannya, Marinir Belanda sejak era Perang Dunia II mendapati pendidikan di AS, tepatnya di Camp Lejeune dan Camp Davis, Carolina Utara (AS), di mana awalnya mereka dipersiapkan dengan pelatihan yang sama dengan USMC (Marinirnya AS), untuk ikut berperang dengan Jepang di front Asia Tenggara.

Ketika Perang Pasifik sudah lebih dulu selesai, mereka tetap diberangkatkan ke Indonesia, dengan lebih dulu singgah di Singapura. Kedatangan dan berbagai aksi yang dilancarkan Marinir Belanda ini tak pelak diprotes Presiden Soekarno.

Dalam buku “Indonesia Merdeka Karena Amerika?”, Soekarno mengeluh pada Presiden AS, Harry S. Truman (suksesor Franklin D. Roosevelt), bahwa segala perlengkapan Marinir Belanda yang bertuliskan “US Marines” (Marinirnya AS), sangat mengganggu itikad baik bangsa-bangsa Asia terhadap AS.

Pihak AS baru menolak permintaan Belanda untuk melatih dua ribu Marinir Belanda lainnya, sekaligus transfer perlengkapan senjata pada 1947.

Itu pun setelah AS sudah menghibahkan 118 pesawat baik pembom maupun pesawat tempur, 45 tank ringan “Stuart”, 459 jip serta 170 artileri, pasca-SEAC (South East Asia Command) dibubarkan sejak November 1946.

(Fahmi Firdaus )

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya