JAKARTA - Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Ismail Yusanto menyatakan, Indonesia perlu bersikap tegas dan empati terhadap pengungsi muslim asal Rohingya Myanmar lebih lama. Menurutnya, mengatasi penderitaan mereka tidak bisa hanya dengan rentang waktu setahun.
"Keadaan mereka sangat menderita dan keputusan pemerintah untuk memberi pengampunan itu sangat tepat," papar Ismail di Jakarta Selatan.
"Tapi masa depan mereka harus dipikirkan juga. JK (Wakil Presiden Jusuf Kalla) telah beri waktu satu tahun. Pertanyaannya, setelah setahun mereka bagaimana?," lanjutnya.
Ismail menambahkan, pemerintah Indonesia harus menambah intensitas bantuan untuk para pengungsi Rohingya. Menurutnya, pemerintah dapat melakukan kerja sama diplomasi dengan Myanmar, maupun negara lain untuk menghentikan penderitaan etnis Rohingya.
"Indonesia harus mengambil peran penting, juga sepanjang persoalan itu belum selesai kezaliman akan terus berlarut. Misalnya Indonesia menekan Myanmar dengan diplomasi. Kalau tidak kuat, bisa mengajak ASEAN. Lebih kuat lagi libatkan PBB," terang Ismail.
Hal itu, lanjut Ismail, untuk menghilangkan tindakan diskriminasi Myanmar terhadap etnis Rohingya yang tak lain adalah penduduknya sendiri.
"Konyol kalau Rohingya tidak masuk bagian Myanmar. Lebih konyol lagi kalau peraih nobel Aung San Suu Kyi diam saat ditanya (soal) Rohingya," tandasnya.
(Randy Wirayudha)