Selain itu, penembakan itu juga terpaksa dilakukan oleh aparat keamanan karena massa dari organisasi Gereja Injile di Indonesia (GIDI) Tolikara yang ingin melakukan negosiasi bertambah banyak dan mendesak untuk membubarkan warga Muslim karena negosiasi dianggap tak berhasil.
"Maka ketika ada protes dan itu dinegosiasikan massa tambah banyak. Negosiasi tidak berhasil, mereka mendesak dan melempari. Maka dilakukan penembakan," pungkas Badrodin.
Seperti diketahui seorang remaja tewas, sementara 11 lainnya luka-luka saat insiden berbau SARA di Kabupaten Tolikara, Papua, tepat saat Hari Raya Idul Fitri 1436 Hijriah, Jumat 17 Juli 2015. Korban tewas dan beberapa orang luka diakibatkan terjangan timah panas.
(Muhammad Sabarudin Rachmat (Okezone))