JAKARTA - Sosiolog Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Musni Umar berpendapat, insiden penyerangan terhadap umat Muslim yang sedang melaksanakan Salat Id, Jumat 17 Juli 2015 di Distrik Karubaga, Tolikara, Papua, bukan semata persoalan agama atau perbedaan keyakinan saja. Musni menilai, pemicu utama timbulnya insiden itu adalah adanya kesenjangan sosial dalam faktor ekonomi.
"Pemicu utama saya duga itu adalah ekonomi. Kita tahu yang menempati kios itu Muslim pendatang. Biasanya mereka memiliki semangat tinggi mengubah nasib, akibatnya tingkat ekonomi mereka lebih baik ketimbang warga asli," jelas Musni saat berbincang dengan Okezone, Minggu (26/7/2015).
Musni beranggapan, dalam insiden ini aspek agama hanya dijadikan sebagai alat untuk membakar semangat orang untuk mengobarkan permusuhan dengan agama lain.
"Perbedaan agama bukan pemicu dalam konflik ini, melainkan dijadikan alat untuk membakar semangat orang yang disalahgunakan untuk mengobarkan permusuhan," ujar Musni.
Hal seperti itu, lanjut Musni, bukan merupakan hal yang baru di Indonesia, terutama di Papua. Di daerah lain pasti terjadi hal serupa. Pendatang yang lebih maju memiliki semangat tinggi untuk mengubah nasib dan akhirnya keberadaanya malah menggeser penduduk asli di daerah itu.
"Contohnya di Jakarta, masyarakat Betawi terpinggirkan, dan para pendatang menguasai sendi-sendi kehidupan di Jakarta mulai dari ekonomi hingga politik," kata Musni.
Dia pun berharap pemerintah turun tangan mengatasi permasalahan sosial ini karena khawatir merembet ke daerah lain. Apalagi, insiden ini menyinggung isu agama sehingga sangat berbahaya bila daerah lain terpengaruh oleh isu ini.
"Upaya pemerintah untuk berhati-hati telah tepat, namun jangan sampai kehati-hatian ini malah menimbulkan masalah baru, harus bergerak cepat atasi peristiwa ini," pungkasnya. (ira)
(Muhammad Saifullah )