“Sinyal ini seolah memberi angin segar kepada pihak swasta bahwa Pemerintah AS selalu mendukung dan berada di belakang mereka. Jelas ini memberi tahu China bahwa sudah cukup semua ancaman yang telah kami terima,” ucapnya.
Kecurigaan terhadap keterlibatan peretas asal China di balik pencurian data di dunia maya ini telah mengganggu hubungan ekonomi AS-China. Pasalnya, isu itu muncul di tengah-tengah persiapan kunjungan Presiden China, Xi Jinping, ke AS pada bulan depan.
Para pejabat AS menuding China telah meretas sebuah badan Pemerintah AS yang memiliki catatan pribadi sekira 4,2 juta pekerja dan mantan pekerja pemerintahan.
Para peretas China diduga menggunakan teknologi canggih untuk membangun sebuah database yang dapat digunakan untuk melakukan spionase seperti merekrut mata-mata atau mendapatkan akses untuk mengamankan data di jaringan lain. Namun, Pemerintah China membantah hal itu.
(Hendra Mujiraharja)