Laporan Chilcot Buat Penghancur Patung Saddam Hussein Menyesal

Silviana Dharma, Jurnalis
Jum'at 08 Juli 2016 09:05 WIB
Saddam Hussein. (Foto: Reuters)
Share :

BAGHDAD – Laporan mantan pegawai negeri sipil Britania Raya, John Chilcot telah mengguncang Inggris, tepat setelah negara itu masih dipusingkan oleh proses implementasi Brexit. Dalam orasinya, Chilcot mengecam keras keterlibatan Inggris dalam invasi ke Irak, bersama dengan Amerika Serikat.

Saat itu, Inggris dipimpin oleh Tony Blair selaku perdana menteri. Sementara AS dikepalai oleh Presiden George W Bush. Berdasarkan laporan Chilcot, keduanya layak untuk disidangkan karena telah menyetujui kebijakan invasi yang didasarkan pada data intelijen yang cacat penilaian.

Bahkan pernyataan bahwa selama ini Irak dibombardir karena memiliki senjata pemunah massal yang mengancam dunia, tidak pernah terbukti. Apa daya nasi sudah jadi bubur, Baghdad habis diluluh lantakan oleh serangan udara dan Presiden Saddam Hussein digantung pada 2006.

Gara-gara laporan Chilcot, Kadhim Sharif al Jabouri, penganut Syiah di Irak, mengaku menyesal telah menghancurkan patung Saddam Hussein pada 2003. Saat itu wajahnya terekam jelas tengah memalu hingga roboh patung presiden kelima Irak tersebut, yang dipropagandakan sebagai momen berakhirnya kediktatoran Hussein di negara yang mayoritas dihuni Muslim Sunni tersebut.

“Saya menyesal telah menghancurkannya,” kata pria yang saat itu begitu diliputi amarah, karena seluruh keluarganya dibasmi di bawah perintah Saddam Hussein. Belasan anggota keluarganya dibunuh karena dianggap menentang sang kepala negara. Demikian dilansir dari Shafaaq, Jumat (8/7/2016).

Patung Saddam Hussein pada akhirnya dicabut dari dudukannya oleh marinir AS, tak lama setelah Jabouri dan warga Irak lain menghantamnya pada 9 April 2003.

“Sekarang, ketika saya kembali menengok patung itu, saya merasa pedih dan malu. Saya menanyakan kepada diri saya, mengapa saya harus memalunya (saat itu)? Saya berharap bisa membangunnya kembali, tetapi saya takut dibunuh,” tukasnya, dilansir dari Independent.

Setelah satu dekade berlalu, pria 58 tahun itu baru menyadari bahwa setidaknya diktator Irak tersebut lebih baik dibandingkan para politisi dan ulama yang sekarang memimpin negaranya.

“Saya berharap Saddam (Hussein) kembali. Dia membantai banyak kerabat saya, tetapi dia lebih baik daripada para politikus dan ulama (Syiah) yang mendapatkan Irak dengan cara kotor (setelah invasi),” pungkasnya.

Irak hingga kini bergejolak dengan berbagai pemberontakan dan aktivitas terorisme, terutama ISIS yang bertumbuh subur. Satu per satu benteng pertahanan ISIS di Irak mulai direbut kembali oleh pemerintah sejak awal tahun ini.

Meski begitu, pekan lalu, ibu kota negara tersebut diguncang dua ledakan bom. Korbannya begitu banyak, terdiri dari 281 orang tewas dan lebih dari 255 orang terluka. Tragedi bom bunuh diri itu semakin menguak amarah warga Irak atas lemahnya kinerja pasukan keamanan dalam menjaga stabilitas perdamaian.

(Baca juga: Bom Baghdad Tewaskan 250 Orang, Mendagri Irak Mengundurkan Diri)

Kelompok militan ISIS menyatakan bertanggung jawab atas bom bunuh diri tersebut. Serangan tersebut menunjukkan ISIS masih memiliki taji meskipun mengalami kekalahan di sejumlah daerah dari pasukan keamanan Irak, seperti di Fallujah beberapa waktu lalu.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya