RIO DE JANEIRO – Pelari marathon Ethiopia Feyisa Lilesa berhasil finis kedua dan berhak atas medali perak dalam Olimpiade Rio 2016 di Brasil. Pria berusia 26 tahun itu lalu merayakan kesuksesannya dengan menyilangkan tangan di udara sebagai bentuk protes kepada negaranya.
Feyisa mengaku aksi tersebut ditujukan untuk mendukung suku asalnya, Oromo di Ethiopia. Suku tersebut menjadi korban dari pesatnya kemajuan Ethiopia. Sejumlah aktivis hak asasi manusia (HAM) melaporkan, sedikitnya 400 orang suku Oromo tewas dalam bentrokan dengan pasukan keamanan.
“Situasi yang sangat berbahaya dihadapi orang-orang Oromo di Ethiopia. Dalam sembilan bulan, lebih dari 1.000 orang tewas dalam aksi unjuk rasa,” ujar Lilesa kepada wartawan, seperti dimuat The Guardian, Selasa (23/8/2016).
Aksi Lilesa tentu saja dapat membahayakan nyawanya. Karena itu, Lilesa kini berusaha mencari suaka serta paspor Brasil demi keselamatannya. Dengan begitu, ia bisa lari ke negara lain sehingga tidak perlu kembali ke Ethiopia.
“Mereka akan membunuhku. Saya tidak punya visa atau paspor lainnya. Mungkin saya akan tinggal di sini (Brasil). Jika saya berhasil mendapat visa, saya akan pergi ke Amerika Serikat,” ujarnya.
Selebrasi Feyisa Lilesa mendapatkan dukungan luas dari netizen di sosial media. Bahkan, aksi penggalangan dana dibuat agar dirinya bisa mencari rumah baru di luar Ethiopia. Hanya dalam beberapa jam, dana sebesar USD40 ribu berhasil terkumpul bagi Lilesa.
(Wikanto Arungbudoyo)