Obituari Diktator Uzbekistan Islam Karimov

Wikanto Arungbudoyo, Jurnalis
Jum'at 02 September 2016 16:11 WIB
Presiden Uzbekistan Islam Karimov dikabarkan berada dalam kondisi kritis (Foto: Grigory Dukor/Reuters)
Share :

PRESIDEN Uzbekistan Islam Karimov berpulang ke haribaan yang Maha Kuasa. Pria berusia 78 itu meninggal akibat pendarahan otak yang dideritanya sejak Minggu 28 Agustus 2016.

Islam Abdug’aniyevich Karimov lahir pada 30 Januari 1938 di Samarkand, Uni Soviet. Ia langsung ditempatkan di sebuah panti asuhan sejak lahir. Islam Karimov kecil mempelajari ekonomi dan teknik hingga dewasa.

Pada 1989, Islam Karimov diangkat sebagai salah satu petinggi Partai Komunis Uni Soviet. Karimov lalu ditunjuk sebagai Presiden Republik Sosialis Uzbek Soviet pada 24 Maret 1990. Selain itu, Islam Karimov juga terpilih sebagai Presiden Partai Komunis Uzbekistan setelah pendahulunya Rafiq Nishonov gagal mengatasi konflik antaretnis di Fergana.

Karimov lalu mendeklarasikan berdirinya Uzbekistan sebagai negara merdeka pada 31 Agustus 1991. Berdirinya Uzbekistan tidak terlepas dari keruntuhan Uni Soviet pada Juli 1990. Karimov kemudian memenangi pemilihan presiden pada 29 Desember 1991 dengan perolehan suara 86 persen.

Namun, pemilihan presiden itu dianggap tidak adil. Pemilu dituduh penuh propaganda yang dilakukan oleh Karimov serta terjadi kecurangan dalam proses pemungutan suara. Karimov juga dituding sebagai diktator karena Uzbekistan hingga hari ini tidak mengenal adanya masyarakat madani.

Bahkan, Karimov menerapkan pengawasan ketat dan tahanan rumah kepada salah satu putrinya Gulnara Karimova. Anak sulungnya itu bersama dengan rekan-rekan bisnisnya dianggap memiliki hubungan dengan geng kriminal pada 2013. Keberadaan Gulnara sendiri masih menjadi misteri hingga kini.

Semasa menjabat, Karimov mendeklarasikan perang terhadap Kebudayaan Barat serta Islam Radikal yang dianggapnya sebagai ancaman terbesar. Kelompok pembela hak asasi manusia (HAM) berulang kali menuduh rezim Karimov menyiksa musuh-musuh politiknya dan melakukan perbudakan di sektor industri kapas.

Tuduhan paling nyata adalah pembunuhan ratusan pengunjuk rasa di Andijan pada 13 Mei 2005. Pemerintah menolak tuduhan tersebut dan mengatakan kejahatan itu dilakukan sebagai respons kepada ekstremis Islam.

Beberapa nama mulai disebut-sebut sebagai pengganti mendiang Islam Karimov, di antaranya Gulnara yang keberadaannya hingga kini tidak diketahui, Perdana Menteri (PM) Shavkat Mirziyoyev, serta kepala keamanan Uzbekistan.

(Wikanto Arungbudoyo)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya