ANKARA – Setelah insiden kudeta militer pada 15 Juli lalu, Pemerintah Turki akhirnya mengirimkan permintaan resmi kepada Amerika Serikat (AS) untuk segera menangkap Fethullah Gulen. Permintaan ini disebabkan Gulen dianggap menjadi otak utama kudeta militer yang mengakibatkan ribuan nyawa melayang.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menuduh pengikut gerakan Hizmet telah mengupayakan penggulingan kekuasan Presiden Erdogan. Gerakan kudeta ini telah memicu kekerasan di berbagai tempat dan menyebabkan ribuan orang meninggal dunia.
Para tentara yang terlibat kudeta juga dituding telah mengerahkan sejumlah tank dan jet tempur serta membombardir gedung parlemen. Gerakan kudeta ini kemudian diikuti oleh gelombang kekerasan dan memaksa ribuan tentara, guru, dan jurnalis ditahan atau ditangguhkan dari jabatan mereka. Tindakan ini bahkan menimbulkan perhatian dunia internasional.
Selama ini, Turki telah beberapa kali meminta kepada AS agar segera mengekstradisi ulama yang berdomisili di Pennsylvania, Fethullah Gulen. Menurut stasiun televisi Turki, NTV, pada hari ini Turki membuat permintaan resmi agar Gulen diekstradisi. Demikian sebagaimana dilansir Independent, Selasa (13/9/2016).
Pemerintah AS selama ini terus menolak permintaan Turki. Permintaan tersebut dinilai tidak berdasar karena kekurangan alat bukti. Apalagi, Gulen dan para pendukungnya terus menyangkal keterlibatan mereka dalam aksi kudeta.
Dalam pertemuan G20 di China, Presiden Turki Erdogan sempat membicarakan kasus ini bersama dengan Presiden Obama. Pejabat AS mengatakan bahwa Presiden Obama menganggap hal ini sebagai sesuatu yang legal dan tidak masuk dalam ranah politik.
(Ahmad Taufik )