Profesor Ini "Ramalkan" Pemenang Pilpres AS 2016

Rifa Nadia Nurfuadah, Jurnalis
Senin 26 September 2016 18:50 WIB
Profesor Allan Lichtman dari American University. (Foto: Washington Post)
Share :

WASHINGTON - Debat calon presiden Amerika Serikat (capres AS) menandai babak baru pemilihan presiden negara adi daya tersebut. Putaran-putaran kampanye yang begitu dinamis membuat banyak pihak tidak bisa menentukan siapa yang akan menjadi pemenang pemungutan suara (popular vote) pada 8 November.

Namun, ada satu orang yang yakin dengan hasil pemilu tersebut dan siapa yang akan menggantikan Barack Obama di tampuk kepemimpinan AS.

Selama 30 tahun, profesor dalam bidang sejarah politik di American University, Allan Lichtman, memprediksi dengan tepat hasil pilpres AS. Sejak 1984, ia tanpa salah"meramal" capres yang meraih suara terbanyak dan memenangi setiap popular vote.

Diwawancarai Washington Post, Mei 2016, Lichtman menyampaikan bagaimana ia bisa mencapai simpulan tersebut. Prediksinya, kata Lichtman, tidak didasarkan pada hasil polling, pergeseran demografis maupun opini pribadinya. Lichtman menggunakan pernyataan sistem benar/salah yang ia sebut "Kunci Menuju Gedung Putih" untuk menentukan pemenang.

Seperti dinukil dari Washington Post, Senin (26/9/2016), dalam bukunya Predicting the Next President: The Keys to the White House 2016, Lichtman memaparkan 13 kunci kemenangan seorang capres AS merebut hati pemilih yaitu:

1. Mandat Partai: Setelah pertengahan masa pemilihan, partai berkuasa memiliki kursi lebih banyak di US Representative (DPR) bila dibandingkan periode yang sama sebelumnya.

2. Kontes: Tidak ada persaingan serius dalam nominasi calon dari partai berkuasa.

3. Partai berkuasa: Kandidat partai berkuasa menduduki kursi presiden.

4. Partai ketiga: Tidak ada kampanye signifikan dari partai ketiga atau calon independen.

5. Perekonomian jangka pendek: Ekonomi AS dalam masa resesi selama kampanye.

6. Perekonomian jangka panjang: Pertumbuhan ekonomi per kapita selama masa pemilihan sama atau melebihi daripada dua periode sebelumnya.

7. Perubahan kebijakan: Langkah-langkah politis partai berkuasa memengaruhi perubahan besar dalam kebijakan nasional.

8. Gejolak sosial: Tidak ada gejolak sosial selama masa pemilihan.

9. Skandal: Partai berkuasa jauh dari skandal besar.

10. Kegagalan kebijakan luar negeri atau militer: Partai berkuasa mengalami kegagalan besar dalam kebijakan luar negeri atau militer.

11. Keberhasilan kebijakan luar negeri atau militer: Partai berkuasa mengalami keberhasilan besar dalam kebijakan luar negeri atau militer:

12. Kharisma partai berkuasa: Partai berkuasa kharismatik atau merupakan pahlawan nasional.

13. Kharisma partai penantang: Partai penantang tidak kharismatik atau merupakan pahlawan nasional.

Lichtman menjelaskan, jika partai yang sekarang duduk di Gedung Putih, dalam hal ini Demokrat, menjawab enam atau lebih dari pertanyaan di atas dengan "Ya", maka mereka akan kalah. Menurutnya, Partai Demokrat berada dalam masalah setidaknya di lima pertanyaan kunci.

"Kunci pertama, mandat partai. Demokrat kalah selama pertengahan masa kampanye. Kunci nomor tiga, presiden saat ini tidak kembali mencalonkan diri. Kunci nomor tujuh, tidak ada perubahan besar dalam kebijakan Obama di masa pemerintahannya yang kedua. Kunci nomor 11, tidak ada kesuksesan besar dalam kebijakan luar negeri. Dan kunci nomor 12, Hillary Clinton bukanlah Franklin Roosevelt," papar Lichtman, seperti dikutip dari Fox News.

Ia menambahkan, keberadaan Gary Johnson, menambah kunci keenam yang memberatkan Demokrat. Johnson meraih maksimal 12-14 persen suara dalam polling.

"Jadi, berbagai kunci tadi menunjukkan kemenangan ada di tangan Trump," pungkas Lichtman.

(Rifa Nadia Nurfuadah)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya