Sepanjang hidupnya, Luther yang memilih bertindak daripada diam saja pada kebusukan Gereja Katolik telah memberikan sumbangsih besar pada peradaban umat Kristen Protestan. Selain membuat terjemahan Alkitab, Luther menggebrak tradisi Gereja Katolik yang melarang pastur menikah.
Luther ingin gereja kembali kepada ajaran alkitab. Pendeta Jerman ini pun menikahi Katharina von Bora pada 13 Juni 1525.
Sementara itu, istilah ‘Protestan’ sendiri baru mulai digunakan pada 1529. Ketika Kaisar Charles V mencabut ketentuan yang memungkinkan penguasa masing-masing negara bagian di Herman memilih antara mereka akan menegakkan Titah Worms atau tidak.
Sejumlah pangeran dan pendukung Luther menyerukan protes, menyatakan bahwa kesetiaan mereka kepada Tuhan semata dan menuding kesetiaan oposisinya kepada Tuhan palsu, yakni si Kaisar. Sejak saat itu, lawan-lawannya mengenal pihak Luther ini sebagai Protestan.
Perlahan tapi pasti, nama ini diberlakukan untuk semua umat yang percaya bahwa Gereja harus direformasi. Bahkan istilah ini disematkan kepada jemaat di luar Jerman.
Pada saat Luther meninggal, karena sebab alamiah, pada 1546, keyakinan revolusioner telah membentuk dasar untuk Reformasi Protestan. Peninggalannya itu selama tiga abad berikutnya merevolusi peradaban Barat
(Rahman Asmardika)