CHICAGO - Auditorium besar di McCormick Place, Chicago, disesaki sekira 18 ribu warga Amerika. Lelaki-perempuan, tua-muda dari berbagai ras duduk bersama di satu ruangan. Dengan sabar mereka menunggu satu penampil utama, Selasa 10 Januari 2017 malam waktu Chicago tersebut; Presiden Barack Obama.
Nyatanya, pidato perpisahan Obama tidak hanya bersejarah, tetapi juga penuh keharuan. Berikut Okezone rangkum beberapa momen mengarukan pada pidato perpisahan Obama.
Gemuruh Tepuk Tangan dan Sorakan Dukungan untuk Obama
Agenda pidato perpisahan Obama dibuka dengan seorang penyanyi pria mendendangkan lagu kebangsaan AS, Star Spangled Banner. Lampu lalu diredupkan. Tak lama mucullah sang presiden ke atas panggung. Gemuruh tepuk tangan dan sorak-sorai hadirin seketika memenuhi ruangan.
Obama, dengan setelan jas hitam dan dasi birunya tersenyum sambil melambaikan tangan. Sesekali ia menunjuk ke arah penonton. Gegap-gempita sambutan penonton terdengar hingga lebih dari dua menit dan ia sudah mencapai podium. Bahkan ketika Obama memulai pidatonya pun, penonton masih sibuk bertepuk tangan hingga ia harus menenangkan mereka.
"Ini bukti jika saya adalah 'lame duck' karena kalian tidak mengikuti instruksi saya. Mari tenang dan duduk kembali," ujar Obama setengah bercanda. Menurut Oxford Advanced Learner's Dictionary, frasa 'lame duck' bermakna 'politikus atau pemerintahan yang masa jabatannya akan segera berakhir dan tidak akan dipilih kembali'.
Obama memasuki panggung pidato perpisahannya di McCormick Place, Chicago. (Foto: Reuters)
Tepuk tangan yang tadinya sedikit mereda pun kembali membahana.
Empat Tahun Lagi
Pidato perpisahan Obama diawali dengan sedikit nostalgia. Presiden keturuan Afrika-Amerika pertama di Negeri Paman Sam itu mengaku amat senang bisa kembali ke kampung halaman. Ia pun bercerita hari-hari awal saat baru menginjakkan kaki di Chicago pada awal usia 20-an tahun.
"Kala itu, saya masih mencari jati diri dan tujuan hidup. Saya hidup tidak jauh dari sini dan mulai bekerja dengan komunitas gereja di belakang pabrik baja yang sudah ditutup. Saya ada di jalan ini ketika menyaksikan kekuatan iman dan harga diri di wajah orang-orang yang sedang berjuang maupun kehilangan," paparnya.
Obama menyampaikan pidato perpisahannya di McCormick Place, Chicago. (Foto: Reuters)
Tersentuh dengan pembukaan pidato perpisahan Obama tersebut, penonton pun kompak meneriakkan yel-yel, "Empat tahun lagi.. Empat tahun lagi.." meminta sang presiden meneruskan masa jabatannya.
"Kalian tahu saya tidak bisa melakukan itu," ujar Obama seraya tersenyum.
Rentetan Tepuk Tangan
Selama sekira satu jam, Obama menyampaikan berbagai pencapaian selama delapan tahun memerintah. Pidato perpisahan Obama juga menyentuh berbagai isu sensitif seperti resesi ekonomi, lapangan pekerjaan, rivalitas dengan negara lain hingga masalah ras di dalam negeri.
Simpatisan Obama memenuhi McCormick Place untuk mendengarkan pidato perpisahan Obama. (Foto: Getty Images)
Nada bicara yang optimistik seolah membius seisi ruangan. Paparan prestasi disambut tepuk tangan meriah. Ajakan-ajakan untuk optimistis menghadapi berbagai tantangan dalam dan luar negeri juga sontak dibalas dengan aplaus tak berkesudahan sepanjang pidato perpisahan Obama.
Tangisan untuk Michelle
Menjelang 10 Januari, banyak pihak menduga, pidato perpisahan Obama akan bersifat personal. Nyatanya benar demikian. Mengawali pidato dengan ucapan terima kasih atas dukungan rakyat Amerika, Obama mengakhirinya dengan ungkapan yang sama untuk keluarganya.
"Michelle,.." ujar Obama, dan langsung disambut sorakan seisi ruangan. Para hadirin berdiri, termasuk sang putri sulung, Malia, memberikan penghormatan kepada sang ibu negara yang duduk terpaku di kursinya sambil tak henti tersenyum.
Obama sendiri terdiam sejenak. Senyum tersungging di bibirnya seraya matanya berkaca-kaca. Nampak pria keturunan Kenya itu berusaha mengatur emosi sebelum melanjutkan pidatonya.
"Michelle LaVaughn Robinson, gadis dari South Side. Selama 25 tahun terakhir ini, kamu tidak hanya seorang istri dan ibu bagi anak-anak saya, tetapi juga teman terbaik," ujar Obama.
Michelle dan Malia Obama mendengarkan pidato perpisahan Obama. (Foto: Reuters)
Michelle tersenyum, sedangkan Malia mengusap air mata.
"Kamu mengambil peran yang tidak diminta sebelumnya. Kamu mampu melaksanakannya dengan baik dan dengan sedikit gaya," imbuhnya.
Obama mengusap air mata saat menyampaikan terima kasih pada Michelle. (Foto: AP)
Saat hadirin kembali bersorak dan bertepuk tangan, Obama mengeluarkan sapu tangan putih dari sakunya. Ia menyeka air mata sebelum melanjutkan ucapannya.
"Kamu membuat Gedung Putih menjadi milik semua warga. Dan generasi muda memiliki tujuan lebih tinggi karena melihat kamu sebagai role model. Kamu membuatku bangga. Negara juga bangga padamu," ucap Obama sambil terisak.
Kebanggaan Penuh Sayang untuk Malia dan Sasha
Seperti layaknya ayah yang penuh kebanggaan pada anak-anaknya, Obama menunjukkan hal tersebut di hadapan orang banyak. Setelah Michelle, pidato perpisahan Obama dilanjutkan dengan ungkapan kebanggaan dan rasa terima kasih kepada kedua putrinya.
"Malia dan Sasha, di tengah situasi yang amat tak biasa, kalian telah menjadi perempuan muda yang luar biasa. Kalian pintar dan cantik. Tetapi yang lebih penting, kalian pribadi yang baik, penuh pemikiran dan passion," tutur Obama.
Michelle menenangkan Malia Obama saat mendengarkan pidato perpisahan Barack Obama. (Foto: New York Times)
Di bangku penonton, Malia berkali-kali menyeka air mata. Sementara sang ibunda merangkul dan mengusap-ngusap lengannya.
Di antara gemuruh tepuk tangan, Obama melanjutkan, "Dan kalian menanggung beban selama bertahun-tahun sebagai anak muda yang disorot dunia. Di antara semua hal yang pernah saya lakukan, saya paling bangga menjadi ayah kalian," ujar Obama.
Biden, Wapres Terbaik
Duduk satu baris dengan Michelle dan Malia Obama adalah Joe Biden dan istrinya, Jill. Mata pria 74 tahun itu tak bisa menyembunyikan keharuan saat Obama mengapresiasi dan berterima kasih padanya selama menjalankan roda pemerintahan di Gedung Putih.
Ia menganggap keputusan untuk memilih pria asal Delaware itu sebagai pendampingnya adalah keputusan pertama dan terbaik yang pernah dibuatnya.
Obama memeluk Biden usai pidato perpisahannya, disaksikan istri Biden, Jill. (Foto: Reuters)
"Tidak hanya karena Anda adalah wakil presiden yang amat hebat, tetapi karena seiring berjalannya waktu, saya menemukan sosok kakak. Kami mencintaimu dan Jill seperti keluarga. Persahabatan darimu telah melengkapi kebahagiaan kami," ujar Obama dalam pidato perpisahannya.
Peluk Erat dan Gandengan Tangan
Pidato perpisahan Obama pun berakhir. Malia, diikuti Michelle serta Joe dan Jill Biden naik ke panggung dan menemani Obama berpamitan dengan seisi McCormick Place.
Obama menyambut Malia dan Michelle dengan pelukan. Demikian juga pada Joe dan Jill Biden. Kedua keluarga pertama di Amerika itu lalu bergandengan tangan sambil melemparkan ciuman ke penonton dan mengucapkan terima kasih berkali-kali. Mereka meninggalkan panggung sambil terus melambaikan tangan.
Foto: Reuters