Meski tahu bahaya sering mengancam setiap kali meliput erupsi Gunung Merapi, namun liputan itu kerap dianggap wartawan yang paling menantang.
Seperti yang dialami Dian Burhani, salah satu wartawan radio Nasional ini pun tak mau kalah dengan wartawan lainnya yang bertugas mengambil gambar. Baik itu gambar kondisi desa di lereng Merapi, maupun dilokasi pengungsian.
Pernah suatu ketika, meski hanya saat itu Kecamatan Selo tengah diguyur hujan yang cukup lebat. Saat hujan turun, bersamaan lumpur dari abu vulkanik Gunung Merapi itupun ikut tersapu. Dalam sekejap, seluruh jalan di kawasan Selo ini seakan di kepung banjir lumpur.
Wartawan yang saat itu tengah berada di warung tak punya pilihan lain selain bertahan di dalam warung sambil berjaga-jaga dari kemungkinan terburuk.
"Untungnya endapan abu vulkanik yang mencair karena hujan ini tidaklah banyak. Kalau banyak, kami tak tahu lagi. Tapi biar begitu, kalau saat itu kami keluar dari warung, kami bisa saja terjatuh karena derasnya air," terang Dian.
Bahkan Dian pun pernah merasakan hujan batu bercampur debu saat erupsi Merapi. Untungnya, saat hujan batu itu terjadi, dirinya masih menggunakan helm. Dan langsung memilih berlindung didalam kelurahan di daerah Cempogo.