Tak hanya itu saja, pengalaman mistik pun dia rasakan saat meliput erupsi Gunung Merapi. Bahkan seluruh orang yang saat itu ada di lokasi itupun melihatnya.
Saat itu gunung merapi erupsi. Suara sirine langsung menggema saat merapi erupsi. Kepanikan pun terlihat saat awan panas meluncur ke arah Selo yang jaraknya hanya 5 KM dari puncak merapi.
Untuk turun dari Selo jelas tidak mungkin. Jalan licin dan kalaupun turun jelas tak akan selamat. Akhirnya, tim relawan gabungan pun hanya punya satu cara saja. Yaitu meminta semuanya yang ada dilokasi itu untuk lari ke arah Gunung Merbabu.
"Saat sirine berbunyi semua panik. Apalagi saat melihat awan panas meluncur ke arah Selo. Bahkan karena panik, salah satu kontributor RCTI yang saat itu terkejut, seharusnya mengambil kamere, malah keliru ambil bantal dan mengarahkannya ke atas Gunung Merapi untuk mengambil gambar," terangnya tertawa bila mengingat itu semua.
Di saat seluruh yang ada di Selo ini tengah bersiap lari ke arah Gunung Merbabu, tiba-tiba, dari arah Gunung Merbabu meluncur sinar menghajar ke arah awan panas itu.
Usai dihantam sinar putih yang keluar dari arah Gunung Merbabu, awan panas itu pun memudar dan terpencar kearah Magelang.
"Semuanya melihat ada sinar putih menghantam awan panas. Warga Selo meyakini bila cahaya itu adalah selendang dari penguasa Gunung Merbabu," terangnya.
Meski Gunung Merapi erupsi dan wilayah Selo merupakan wilayah yang paling dekat dengan puncak Gunung Merapi, namun Dian lebih suka meliput di wilayah Selo.
Pasalnya, ada semacam kearifan lokal di Selo yang percaya selama abu vulkanik belum menyentuh wilayah Selo, mereka aman.
"Dan bila abu sudah jatuh di Selo, warga baru mau mengungsi. Karena, bila abu sudah masuk ke Selo, maka merapi akan mengalami erupsi yang cukup dahsyat. Kearifan lokal masyarakat lokal sana percaya bila mereka dilindungi Gunung Bibi. Yang mereka yakini sebagai Ibu dari Gunung Merapi," pungkasnya.
(Khafid Mardiyansyah)