SUMSEL - Wartawan adalah profesi yang membutuhkan keberanian sekaligus kecermatan. Meminjam istilah yang sering dipakai Almarhum Sutan Bhatoegana, pekerjaan wartawan merupakan profesi "ngeri-ngeri sedap".
Istilah tersebut kadang diutarakan untuk menggambarkan betapa besar risiko menjadi seorang wartawan, dibanding profit yang dihasilkan. Jadi, mungkin banyak orang yang memilih profesi wartawan sebagai panggilan jiwa bagi penyuka tantangan.
Salah satu contoh betapa menjadi seorang pewarta memiliki risiko yang besar, pernah dialami oleh wartawan daerah Sumatera Selatan, Fahrun Nissa pada tahun 2015 lalu.
Saat itu, tercatat tiga bayi meninggal dunia akibat kabut asap yang menyelimuti daerah Palembang dan sekitarnya. Penyebabnya bisa dipastikan, kebakaran hutan di Tanah Sumatera yang seolah menjadi momok tahunan bagi warga sekitar.
Kebakaran hutan sendiri bukan hanya merugikan warga di tanah Sumatera, beberapa daerah tetangga seperti Malaysia dan Singapura ikut kena imbas dari perbuatan yang disinyalir dilakakukan secara sengaja untuk membuka lahan gambut di sekitar hutan. Tak ayal banyak pihak dari dalam maupun luar negeri membantu upaya pemadaman kebakaran hutan.
Di tahun 2015, TNI dan Polri hingga instansi luar negeri berbondong mencari penyebab kebakaran hutan. Tentu, lokasi yang sulit dijangkau menjadi tantangan terbesar bagi para pemadam.