KEDIRI - Teka teki keberadaan hasil tes asam deoksiribonukleat (DNA) Ibrahim Datuk Tan Malaka mulai mendapat titik terang. Wakil Bupati Lima Puluh Kota Ferizal Ridwan mengatakan bahwa saat ini hasil tes DNA sudah berada di tangan Kementrian Sosial. Dia berharap pemerintah pusat melalui Kementerian Sosial segera mengumumkan hasil tes tahun 2009 itu ke publik.
“Dari hasil konsultasi kita ke pusat hasil tes DNA sudah berada di tangan Kementrian sosial. Dari informasi yang kita terima bererapa hari lalu,“ ujar Ferizal kepada wartawan di sela memperingati haul Ibrahim Tan Malaka di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri Rabu (22/2/2017).
Selama ini DNA ada di tangan tim dokter departemen forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Pihak medis juga hanya memperlihatkan hasil tes DNA kepada keluarga Tan Malaka selaku pemohon.
Penggalian makam berlangsung di Desa Selopanggung, Kecamatan Semen Kabupaten Kediri tahun 2009 silam, tim dokter mengambil serpihan tulang dan pecahan gigi kerangka jenazah yang diduga kuat sebagai Ibrahim Datuk Tan Malaka.
Selain tulang dan gigi, struktur tubuh dan gen menjadi unsur penentu uji DNA. Anggota keluarga yang terpilih untuk kecocokan DNA ini adalah Zulfikar Kamaroedin. Sebab yang bersangkutan merupakan anak dari adik kandung Ibrahim Datuk Tan Malaka. Dari 14 poin, 9 poin diantaranya identik. Menurut Ferizal kandungan unsur DNA tinggal 0,02 %.
Penyusutan ini disebabkan tingginya unsur asam di kawasan Selopanggung. “Hasil tes DNA yang ada ini telah diuji di tiga negara, “terangnya. Rencananya uji DNA akan dilakukan lagi di enam negara lain. Upaya ini semacam pencarian second opinion. Kendati demikian Ferizal sudah meyakini sepenuhnya bahwa kerangka jenazah di Desa Selopanggung adalah Ibrahim Datuk Tan Malaka.
Rencananya tanah makam yang diambil dalam upacara penobatan gelar Datuk Tan Malaka ke VII di Selopanggung akan dimakamkan di sebelah kuburan orang tuanya di Pandam Gadang Kecamatan Suliki.
“Makam ini juga akan diberi batu nisan bertuliskan Ibrahim Datuk Tan Malaka. Tidak masalah ada dua makam Datuk Tan Malaka. Satu di Kabupaten Kediri dan satunya di Kabupaten Lima Puluh Kota,“ jelas Ferizal.
Raja Adat Kelarasan Bunga Setangkai rencananya akan memberikan penghargaan Bintang Mahaputra kepada Ibrahim Datuk Tan Malaka. Selain jasanya memperjuangkan kemerdekaan, penghargaan itu sebagai lambang persaudaraan dan silaturahim.
Misteri Kopor Tua Tan Malaka
Sementara kopor tua menjadi tempat tanah pekuburan Ibrahim Datuk Tan Malaka dalam upacara adat penobatan gelar Datuk Tan Malaka ke VII ternyata menyimpan cerita misteri. Entah kebetulan atau tdak setiap kendaraan yang ketempatan kopor logam penuh karat itu mendadak mogok.
Insiden ngadat pertama kali terjadi saat rombongan yang terdiri empat unit bus baru bertolak dari Kabupaten Lima Puluh Kota.
“Masih di Payakumbuh AC bus tiba tiba rusak dan mesin mati,“ tutur Ferizal.
Awalnya tidak terbersit pikiran soal kopor yang merupakan milik Tan Malaka. Apalagi dengan cek ringan mesin bus hidup kembali. Rombongan berpenumpang 150 orang (4 bus) itu harus tiba di Kediri sesuai jadwal. Sebab Selasa (21/2) pagi upacara adat pengukuhan (penobatan) gelar Datuk Tan Malaka ke VII di makam Ibrahim atau Datuk Tan Malaka ke IV di Desa Selopanggung Kabupaten Kediri harus dimulai. Namun kenyamanan itu tidak berumur lama.
Bus yang sudah dicek sebelum berangkat dan dipastikan sehat walafiat seperti tiga unit lainnya itu kembali mogok. Lagi lagi mesin mati tanpa sebab jelas. Dan setelah dilakukan otak atik kecil pada bagian mesin, bus kembali hidup. “Kecurigaan” mogok tanpa sebab akibat “ulah” kopor tua mulai tumbuh. Untuk memastikan asumsi itu, panitia memindahkan kopor ke bus lain.
“Dan ternyata bus yang ketempatan kopor itu juga mogok. Begitu juga dengan bus lainya. Boleh percaya dan tidak, tapi kenyataanya seperti itu, “terang Ferizal dengan tertawa. Meski “diganggu ulah” bus mogok, perjalanan jauh itu berhasil tiba dengan selamat di Kediri Senin malam (20/2). Seperti rencana awal, Selasa pagi (21/2), rombongan langsung mendatangi makam Ibrahim Datuk Tan Malaka.
Selain pengukuhan gelar Datuk Tan Malaka dan Raja Kelarasan Bungo Setangkai, upacara adat yang diikuti 142 pemangku adat itu juga akan mengambil tanah makam Tan Malaka. Pihak keluarga dan pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota telah memutuskan tidak akan melakukan penggalian kubur, termasuk memindahkan kerangka jenazah. Itu setelah Pemkab Kediri memperlihatkan sinyal penolakan.
Tidak ada kejadian aneh terkait kopor selama upacara adat berlangsung. Semua juga berjalan lancar saat tempat pakaian, bekal dan beberapa buku Tan Malaka di saat hidupnya itu beralih fungsi sebagai tempat penyimpan tanah kuburnya. Keanehan itu kembali muncul saat bus rombongan yang ketempatan kopor Tan Malaka bertolak pulang ke Kabupaten Lima Puluh Kota.
Baru menempuh jalan sekitar 12 kilometer dari Ponpes Lirboyo, AC bus tiba tiba mati. Diduga akibat panas, asap mengepul dari bagian mesin bus dan berakibat matinya mesin. Melihat gejala kebakaran, para penumpang rombongan sontak panik, dan berebut keluar dari kendaraan. Insiden yang terjadi di jembatan Semampir Kota Kediri berlangsung sekitar pukul 23.00 Wib
Malam itu Wabup Ferizal memutuskan membatalkan perjalanan pulang. Pihaknya tidak berani bersepekulasi sebelum ada kepastian bus dalam kondisi yang benar benar waras. Sebagai solusi, peserta rombongan kembali menginap di Kediri. Sementara terkait kopor Tan Malaka masih akan dirundingkan apakah kembali dibawa bersama bus rombongan atau dikirimkan via jasa pengiriman.
“Dengan adanya peristiwa aneh ini menunjukkan bahwa ritual adat yang kita lakukan merupakan kegiatan yang sakral, “paparnya. Sementara satu satunya insiden mistis selama proses upacara penobatan gelar Datuk Tan Malaka ke VII adalah kerasukanya Yusron, salah satu peserta rombongan dari Kabupaten Lima Puluh Kota.
Pemuda berkaos PDRI Save NKRI dan Merdeka 100 % itu tiba tiba tidak terkendali. Dia menerobos kerumunan orang yang tengah menyaksikan upacara adat di depan pusara Ibrahim Datuk Tan Malaka.
Berkali kali Yusron mengatakan meminta jalan. Dan setelah kerumunan terbuka, kesadaranya kembali. Setiba di Kediri dia mengatakan telah diminta Mbah Suhud untuk membersihkan makam Desa Selopanggung. Padahal kehadiranya di Kediri baru pertama kalinya. Namun ia bisa tiba di makam seorang diri.
Tidak hanya di kuburan Ibrahim Tan Malaka. Yusron mencabuti seluruh rumput di komplek makam. “Dan anehnya saat kami tanya kepada warga setempat, memang ada makam Mbah Suhud di sana. Tentunya ini kejadian aneh, mengingat Yusron orang jauh dan baru pertama kalinya ke Kediri,“ terang Mainanda, rekan Yusron yang turut menyadarkan dari kerasukan.
Seperti diberitakan upacara adat penobatan gelar Datuk Tan Malaka ke VII Selasa (21/2) berlangsung lancar. Ritual yang dijaga oleh kalangan TNI, Polisi dan Barisan Serba Guna (Banser) Ansor Kabupaten Kediri itu juga dihadiri Wakil Bupati Kediri Masykuri dan jajaran pejabat Kominfo setempat. Selesai upacara adat berlanjut doa bersama dalam rangka Haul tan Malaka di Ponpes Lirboyo Kediri. (sym)
(Erha Aprili Ramadhoni)