Pemilu Belanda, Indikator Masa Depan Politik Benua Biru

Rahman Asmardika, Jurnalis
Rabu 15 Maret 2017 07:45 WIB
PM Belanda Mark Rutte akan berusaha menghalangi jalan Geert Wilders ke posisi orang nomor satu di Negeri Kincir Angin. (Foto: Reuters)
Share :

MESKI tak banyak terdengar hingar bingarnya, Belanda akan melaksanakan pemilihan umum (pemilu) pada 15 Maret 2017 untuk memilih 150 anggota legislatif yang akan duduk di parlemen. Pemilihan ini memiliki arti penting karena tidak saja akan menentukan masa depan Negeri Kincir Angin tetapi mungkin juga Eropa dan dunia.

Calon petahana beraliran liberal Mark Rutte dari Partai VVD dan kandidat ekstrem kanan dari Partai Kebebasan PVV Geert Wilders menjadi calon terdepan yang dijagokan mengisi kursi perdana menteri dan menjadi Kepala Pemerintahan Belanda. Dari hasil jajak pendapat sejauh ini, Rutte masih unggul dari saingannya, namun keunggulan tersebut semakin menipis dari hari ke hari.

Jajak pendapat itu juga belum mempertimbangkan efek kekisruhan diplomatik antara Belanda dengan Turki yang terjadi baru-baru ini. Tetapi, beberapa pihak berpendapat, ketegangan tersebut berdampak bagi kedua kandidat.

Wilders, yang dikenal sebagai seorang tokoh kontroversial tampaknya menunggangi sentimen ketakutan yang dialami warga Eropa, termasuk Belanda terhadap para pengungsi dari Timur Tengah dan Afrika yang datang sebagai pengungsi. Dia telah bersumpah untuk melarang umat Islam untuk beribadah, menghentikan kedatangan para imigran dan menarik Belanda keluar dari Uni Eropa yang dianggap bertanggung jawab atas kedatangan para pengungsi.

Sedangkan Rutte mengampanyekan perbaikan ekonomi Belanda dan mendukung terbentuknya pemerintahan oleh warga minoritas. Agenda tersebut juga diusung pria berusia 50 tahun itu pada 2012.

Dilaporkan USA Today, Rabu (15/3/2017), pemilu Belanda diikuti oleh 28 partai dan 1.114 kandidat yang bersaing memperebutkan 150 kursi di parlemen. Karena banyaknya jumlah partai, sampai saat ini belum pernah ada partai yang meraih kursi mayoritas di parlemen.

Partai dengan suara terbanyak biasanya akan membentuk koalisi pemerintahan dengan beberapa partai lainnya. Pemimpin partai dengan suara terbanyak akan ditunjuk sebagai Perdana Menteri (PM) Belanda.

Namun, telah terjadi sebelumnya sebuah partai dengan suara terbanyak tidak masuk ke dalam pemerintahan dan hal ini sangat mungkin terjadi lagi jika Wilders memenangkan pemilihan. Semua partai telah bersumpah untuk tidak membentuk koalisi dengan tokoh anti-Islam itu karena sumpahnya untuk melarang Alquran, menutup semua masjid di Belanda dan menarik Negeri Oranye keluar dari Uni Eropa.

Pemilu kali ini memiliki dampak penting tidak hanya bagi warga Belanda tetapi juga bagi Eropa dan dunia. Seberapa besar dukungan yang didapat Wilders dapat menjadi indikator bagaimana kandidat-kandidat sejenisnya akan diterima di pemilihan lain yang akan berlangsung di Prancis dan Jerman.

Isu mengenai imigrasi, Islam, globalisasi dan Uni Eropa juga didengungkan kandidat seperti Marine Le Pen di Prancis untuk menggalang dukungan. Tergantung hasilnya, pemilihan-pemilihan tersebut bisa menjadi awal dari sebuah akhir bagi Uni Eropa dan visi unifikasi di Benua Biru tersebut.

(Rahman Asmardika)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya