SHANGHAI – Rencana pemasangan sistem anti-rudal Amerika Serikat (AS) Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) di Korea Selatan (Korsel) menimbulkan ketegangan baru di kawasan Asia Timur. Sistem anti-rudal yang ditujukan untuk menangkal kemungkinan serangan Korea Utara (Korut) itu menimbulkan murka China karena jangkauannya yang mampu mencapai daratan Tiongkok.
Tak ayal, hubungan antara Beijing dengan Seoul pun goyah dengan berbagai protes boikot di berbagai bidang termasuk ekonomi dan budaya.
Situasi ini menyebabkan warga China penikmat budaya Korea atau yang sering juga disebut sebagai K-culture yang direpresentasikan dengan drama dan musik terkena dampaknya. Menyusul keputusan Seoul untuk menerima THAAD, Pemerintah China segera membekukan semua konten yang berhubungan dengan Negeri Ginseng. Di berbagai laman mainstream seperti Youku, Tencent, dan iQiyi yang biasa dikunjungi pemirsa, sebagian besar konten semacam itu telah dihapus.
“Drama Korea, terutama variety show, tidak lagi diperbaharui, jadi saya tidak bisa menonton lagi. Tidak ada tautan, sedikit menyebalkan. Bagi banyak kalangan muda China yang menyukai budaya Korea, sangat disayangkan,” kata seorang mahasiswi penikmat budaya Korsel, Cai Yufang sebagaimana dilansir Reuters, Jumat (17/3/2017).
Untuk mengatasi hal ini, Cai mengatakan, sejumlah penggemar berat mencari alternatif saluran. Cai sendiri telah mengikuti grup layanan pesan China yang bernama “Tonton Drama Bersama” yang memberikan tautan ke platform berbagi file seperti Baidu Cloud.
Tidak hanya drama dan variety show, pelarangan budaya Korea di China juga mencakup lingkup yang lebih besar dengan boikot terhadap penyanyi, aktor, blog, dan pariwisata.
China adalah pasar kedua terbesar untuk drama, lagu-lagu dan konten media lainnya dari Korsel. Selama ini, pertukaran produk hiburan antara kedua negara memainkan peran penting dalam hubungan yang kuat dan bersahabat antara Beijing dan Seoul.
(Rahman Asmardika)