Historipedia: Eksekusi Mussolini dan Lengsernya Presiden Prancis De Gaulle

Rufki Ade Vinanda, Jurnalis
Jum'at 28 April 2017 06:00 WIB
Mussolini dan gundiknya serta Presiden Prancis kelima, Charles de Gaulle. (Foto: History/The Famous People)
Share :

PADA hari ini tepatnya pada 28 April 1945 atau semasa Perang Dunia (PD) II, "Il Duce," Benito Mussolini dan gundiknya Clara Petacci ditembak oleh partisan Italia. Keduanya ditembak setelah sebelumnya mencoba melarikan diri ke Swiss.

Mussolini yang saat itu berusia 61 tahun merupakan seorang mantan diktator Italia. Ia menduduki jabatannya itu dengan bantuan sekutunya Jerman yang kemudian dan menjadi boneka pemerintah di Italia utara semasa kependudukan negara kelahiran Adolf Hitler itu ketika mendekati masa perang.

Ketika pasukan sekutu (Inggris-AS-Uni Soviet-China) berhasil menang melawan kekuatan tengah atau Axis (blok poros yang terdiri dari Jerman, Italia dan Jepang) di Semenanjung Italia Mussolini memutuskan untuk melarikan diri. Ia tidak ingin jatuh ke tangan Inggris atau Amerika dan di saat yang sama kelompok pemberontak atau partisan tumbuh di Italia.

Mereka mulai melakukan gerakan untuk melawan Mussolini, sehingga pria itu kemudian memilih Swiss yang merupakan negara netral sebagai tujuan untuk melarikan diri. Mussolini dan gundiknya berhasil sampai ke perbatasan Swiss. Namun para penjaga perbatasan tidak membiarkan mereka lewat dengan mudah meski telah menyamar.

Mussolini dan Clara kemudian ditemukan oleh partisan italia yang kemudian langsung menembak mati keduanya. Mayat mereka kemudia diangkut menggunakkan truk kembali ke Milan, Italia di mana jasad Mussolini dan Clara digantung secara terbalik dan dipamerkan di depan umum untuk menjadi tontonan masyarakat.

Sementara itu, di belahan benua Eropa yang lain dan di waktu yang berbeda juga terjadi peristiwa bersejarah. Pada 28 April 1969, Presiden Prancis Charles de Gaulle mengundurkan diri dari jabatannya. Pengunduran diri Gaulle ini tepat setelah usulan reformasi konstitusional ditolak dalam referendum nasional.

Gaulle yang merupakan seorang veteran PD I gagal mengajukan petisi untuk memodernisasi angkatan bersenjatanya. Pada Juni 1940 Henri Petain dan pemimpin Prancis lainnya menandatangani gencatan senjata dengan Nazi Jerman. Pasca-penandatangan tersebut, Gaulle diketahui melarikan diri ke London, di mana dia mengatur pasukan dan mengumpulkan koloni Prancis untuk beraliansi dalam mendatangkan perkara.

Pasukan Gaulle berjuang dengan sukses di Afrika Utara, dan pada Juni 1944 ia diangkat sebagai kepala pemerintahan Prancis di pengasingan. Pada 26 Agustus, setelah invasi Sekutu ke Prancis, Gaulle memasuki Paris dengan penuh kemenangan. Tiga bulan kemudian, ia terpilih menjadi presiden sementara Prancis.

Pada Januari 1946, Gaulle mengundurkan diri karena tidak memiliki keuatan yang memadai dalam mengatur Prancis. Gaulle kemudian membentuk sebuah partai politik baru, tetapi partainya itu hanya memiliki sedikit kepopuleran dan pada 1953 ia pensiun. Namun, lima tahun kemudian, sebuah pemberontakan militer dan sipil di Aljazair menciptakan sebuah krisis politik di Prancis.

Gaulle dipanggil keluar dari masa pensiun untuk kembali memimpin negara tersebut. Sebuah konstitusi baru disahkan, dan pada akhir Desember ia terpilih sebagai presiden Prancis Kelima.

Selama dekade berikutnya, Presiden de Gaulle memberikan kemerdekaan pada Aljazair dan berusaha mengembalikan Prancis ke perawakannya yang terdahulu secara internasional dengan menarik diri dari aliansi NATO yang didominasi AS dan mempromosikan pengembangan senjata atom Prancis. Namun, demonstrasi mahasiswa dan pemogokan pekerja pada 1968 mengikis dukungan rakyat pada Gaulle dan pada 1969 usulannya untuk reformasi konstitusi ditolak.

Kemudia pada 28 April 1969, Charles de Gaulle pensiun di usianya yang menginjak 79 tahun dan kemudian meninggal pada 1970. (rav)

(Rifa Nadia Nurfuadah)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya