MENU
Untuk Anda
Kanal
About Us
SEBAGIAN besar rakyat Turki memeluk agama Islam. Seperti di kebanyakan negara Islam, warga di Turki mulai dari anak-anak hingga orang dewasa selalu antusias menyambut datangnya Ramadan.
Seorang pegiat HAM sekaligus aktivis sosial di Turki, Amina Tuna Erturk menjelaskan, puasa membantu orang-orang di negaranya memahami pentingnya menghargai makanan dan tidak menyia-nyiakannya. Bulan suci juga menyadarkan mereka atas kebesaran dan anugerah dari Allah.
Sebagai negara yang terletak di antara Benua Asia dan Benua Eropa, rupanya tradisi Ramadan di Turki tak jauh berbeda dengan Indonesia. Tidak hanya dari segi pemaknaan menunaikan ibadah puasa, praktik menyambutnya pun serupa.
Salah satu tradisi yang sama, yaitu beduk sahur. Seperti di Indonesia, anak-anak lelaki dan pria dewasa di Turki akan menabuhkan gendang keliling kompleks demi membangunkan orang-orang. Demikian seperti disadur dari Times of Oman, Sabtu (17/6/2017). Mereka biasanya sudah membunyikan beduk sejam sebelum jam sahur agar para ibu punya cukup waktu menyediakan hidangan sahur.
Usai sahur, setiap keluarga akan salat subuh. Karena masjid cukup banyak dan dekat, warga takkan sungkan keluar rumah gelap-gelap dan salat berjamaah di masjid. Lepas salat subuh, mereka akan kembali menahan keinginan untuk makan, minum dan merokok. Bahkan yang tidak berpuasa pun diminta tidak melakukan ketiga hal tersebut di ruang publik selama Ramadan.
Lagi-lagi seperti di Indonesia, ketika matahari terbenam, jalanan menjadi ramai. Santapan khas Ramadan atau camilan buka puasa (takjil) marak dijajakan di pinggir jalan. Semua restoran dibuka, sejumlah masjid menyediakan menu berbuka gratis.
Lalu saat tanda waktu berbuka itu tiba, menara masjid akan menyorotkan lampu berwarna hijau. Semua orang langsung membaca doa dan menyantap hidangannya. Sajian khas Ramadan di Turki, meliputi pide (semacam roti tawar), mezes (mirip salad), aneka sup, kebab, pilav (nasi campur dilengkapi sayur-sayuran) dan borek (sejenis kue-kue).
(Silviana Dharma)