Maraknya Aksi Bunuh Diri, Tanda Tak Bahagiakah?

Advertorial, Jurnalis
Selasa 25 Juli 2017 14:41 WIB
Share :

FENOMENA bunuh diri belakangan ini semakin menjadi. Hal ini menjadi perbincangan di tengah masyarakat saat ini. Apakah Anda memperhatikannya juga?

Beberapa hari lalu netizen digemparkan dengan pemberitaan bunuh diri Oka Mahendra. Sosok yang dikenal sebagai mantan kekasih selebgram Awkarin tersebut cukup mencuri perhatian, baik saat hidup atau ketika dikabarkan bunuh diri.

Tidak lama setelah itu, penggemar musik di seluruh dunia dikejutkan dengan pemberitaan kematian Chester Bennington. Musisi kenamaan ini diketahui bunuh diri dan membuat banyak orang penasaran mengapa vokalis Linkin Park itu memilih untuk mengakhiri nyawanya.

Kenapa mereka bunuh diri? Dan, kenapa angka kasus bunuh diri terus meningkat tiap tahunnya, termasuk di Indonesia? Apakah ini ada hubungannya dengan KEBAHAGIAAN?

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menganggap fenomena bunuh diri ini sebagai kasus yang serius, khususnya WHO. Dari data tahun 2012, diketahui ada 804.000 kasus bunuh diri yang terjadi di seluruh dunia. Para pelaku bunuh diri bias pria atau wanita dengan rentang usia 15-29 tahun. Namun tidak menutup kemungkinan terjadi pada orang di atas usia 29 tahun.

Bagaimana dengan Indonesia? Laporan WHO tahun 2012 ada 9105 kasus bunuh diri dan sebagian besar di antaranya dilakukan oleh perempuan.

Pemberitaan bunuh diri sebenarnya tidak boleh disiarkan terlalu berlebihan, karena bias menginspirasi orang lain melakukan hal serupa. Namun untuk menangani fenomena ini tidak hanya dibutuhkan larangan itu. Kita perlu tahu kenapa seseorang bunuh diri, untuk menemukan solusi.

Dari data The National Institute of Mental Health 2017 ada 10 faktor yang menjadi alasan seseorang ingin bunuh diri. Antara lain :

1. Depresi, gangguan mental lainnya, dan penyalahgunaan zat tertentu

2. Dalam kondisi medis tertentu

3. Sakit kronis

4. Pernah mencoba bunuh diri sebelumnya

5. Riwayat keluarga yang punya gangguan mental

6. Riwayat keluarga yang pernah bunuhdiri

7. Kekerasan dalam keluarga dan pelecehan seksual

8. Menyimpan senjata api di rumah

9. Baru keluar dari penjara

10. Terekspos pada perilaku bunuh diri orang lain seperti keluarga, teman, atau selebriti.

Rata-rata, mereka yang kepikiran atau nekat bunuh diri merasa tidak dapat mencari pertolongan. Untuk menekan angka bunuh diri ini, WHO menganjurkan untuk melakukan pembatasan 'akses' atau media yang digunakan untuk bunuh diri.

Apakah itu cukup?

Tentu tidak. Butuh strategi untuk meningkatkan kesehatan emosional dan spiritual tiap manusia secara kontinyu. Salah satu caranya ialah dengan MENYEBARKAN VIRUS BAHAGIA.

Inilah yang secara konsisten dilakukan oleh ESQ Leadership Center. Lewat Training New Chapter dan training lainnya, ESQ terus mengedukasi tentang PENTINGNYA BAHAGIA. ESQ juga senantiasa berbagi inspirasi dan berita positif di media social seperti fan page Facebook ESQ 165, untuk menebarkan benih-benih kebahagiaan.

Rasa bahagia ini akan menjadi sumber menjalani kehidupan dunia penuh makna, sejahtera, damai, dan indah. Rasa yang akan menjauhkan manusia dari pikiran atau keinginan untuk bunuh diri.

Untuk itu, yuk segera temukan KEBAHAGIAAN SEJATI Anda! Caranya terserah Anda dan salah satu rekomendasi terbaik ialah bergabung bersama kami di Training New Chapter pada 18-20 Agustus 2017.

Training yang akan menunjukkan dan mengajak Anda menemukan KEBAHAGIAAN yang HAKIKI. Training yang akan menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti siapa saya? Untuk apa saya hidup di dunia? Bagaimana panduan hidup bahagia dunia akhirat? Temukan jawabannya di ruangan Training ESQ 165 New Chapter.

Daftar di: bit.ly/DAFTARNC

Call Center : 0813-8249-1165

(fmi)

(Fahmi Firdaus )

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya