Krisis Venezuela, Donald Trump Desak Maduro Bebaskan Tahanan Politik

Silviana Dharma, Jurnalis
Rabu 02 Agustus 2017 12:02 WIB
Presiden AS Donald Trump kecam langkah politik Presiden Venezuela Nicolas Maduro. (Foto: ABC)
Share :

WASHINGTON DC – Presiden Amerika Serikat Donald Trump mendesak rekan sejawatnya di Venezuela, Nicolas Maduro, untuk segera membebaskan tahanan politiknya tanpa syarat apa pun. Maduro diketahui telah memenjarakan dua pemimpin partai oposisi, Leopoldo Lopez dan Antonio Ledezma.

“Amerika Serikat berpendapat bahwa Maduro secara pribadi bertanggung jawab atas kesehatan dan keselamatan Tuan Lopez, Ledezma, dan tahanan politik lainnya. Kami ulangi seruan kami untuk pembebasan segera semua tahanan politik Venezuela,” tegas Trump, seperti dikutip dari Sputnik, Rabu (2/8/2017).

Beberapa jam sebelum seruan Trump tersebut, Maduro menyatakan akan menindak semua lawan-lawan politiknya. Hal tersebut, menurut suami Melania Knauss itu sangat tidak bisa dibenarkan.

Pemerintahan Trump mengecam keras aksi Maduro. Bahkan dia menyebut Presiden Venezuela itu sebagai diktator.

Penangkapan terhadap mantan kandidat presiden Venezuela Leopoldo Lopez dan mantan wali kota Caracas, Antonio Ledezma, terjadi sehari setelah Negeri Paman Sam memutuskan untuk menjatuhkan sanksi kepada negara Amerika Latin itu. Sanksi itu disinyalir sebagai respons atas kemenangan Maduro dalam pemungutan suara untuk amandemen undang-undang dasar (UUD) Venezuela.

Lopez dan Ledezma ditangkap karena dipandang melanggar persyaratan tahanan rumah mereka. Mahkamah Agung Venezuela memutuskan keduanya layak dibui setelah badan intelijen nasional menemukan rencana pelarian diri mereka.

Ledezma dipenjara tanpa sebab yang jelas pada 2015. Ia mendekam dalam penjara selama empat bulan sebelum dipindahkan jadi tahanan rumah. Sementara Lopez dibui karena berunjuk rasa menentang pemerintahan Maduro. Ia dijatuhi hukuman satu dekade mendekam di balik jeruji besi. Tiga tahun di penjara, dia kemudian ditempatkan jadi tahanan rumah.

Keduanya kembali ditahan setelah pada Minggu 30 Juli, Venezuela menggelar pemilihan anggota majelis konstituante guna melanjutkan amandemen UUD. Akan tetapi, hasil pemungutan suara tidak mendapatkan pengakuan dari partai oposisi yang beranggapan bahwa seharusnya pemilihan dilakukan melalui referendum.

Maduro Bangga Dapat Sanksi dari AS

Di sisi lain, Presiden Venezuela Nicolas Maduro menyatakan, bangga bisa menjadi salah satu negara yang mendapatkan sanksi dari Amerika Serikat. Ia meyakinkan tidak akan mundur selangkah pun dalam misinya menulis ulang kebijakan dalam konstitusi negaranya.

“Saya tidak takut pada kekuasaan AS, saya presiden yang independen di negara yang merdeka. Mereka telah memberlakukan sanksi terhadap saya karena melangsungkan pemilu bebas memilih Majelis Konstituante Nasional. Saya membanggakan sanksi ini,” ungkapnya dalam sebuah acara di Caracas pada Senin 31 Juli 2017.

Senator AS Marco Rubio lebih lanjut telah memperingatkan Maduro bahwa tindakannya yang mencederai demokrasi di Venezuela bisa berakibat fatal. Kementerian Perbendaharaan AS juga mengancam akan membekukan aset-aset Maduro di AS dan melarang warga negara AS untuk berurusan dengan pemerintah Venezuela.

(Silviana Dharma)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya