“Seperti kasus Saracen, setelah kami temui manajemen FB, mereka bilang punya data-data siapa saja yang terlibat dan akunnya tergabung di bawah Saracen. Bahkan, mereka bersedia membukanya ke pihak berwenang untuk kepentingan hukum. Jadi mereka enggak bisa sensor semua, tetapi mau kooperatif,” tuturnya.
Dari segi penegakkan hukum, Ari menilai susah-susah gampang membongkar orang di balik Saracen. Untuk akun-akun bisa dilacak, bisa diblokir, tetapi untuk polisi tantangannya adalah membuktikan adanya tindak pidana dalam laporannya.
“Sayang memang, banyak orang di medsos ini yang mencari bukan kebenaran, tetapi pembenaran. Terkadang sudah dikasih tahu yang benarnya saja, mereka masih tidak mau dengar, ya kalau sudah begitu, kita bisa bilang apa lagi?” pungkasnya.
(Ulung Tranggana)