4. Tidak Didukung Keluarga
Keputusan untuk mencalonkan diri untuk menjabat posisi tertinggi di Singapura tidak mudah. Bukan karena semua orang tidak menyukainya ataupun kekurangan pendukung dari warga Singapura, namun ibu lima anak ini justru tidak didukung oleh anak-anaknya. Anak-anak Halimah tidak nyaman dengan publik yang begitu menyoroti mereka jika Halimah benar-benar menjadi presiden. Namun berkat diskusi bersama anak-anak dan sang suami, Mohamed Abdullah, akhirnya mereka semua pun mendukung Halimah.
5. Hampir Dikeluarkan dari Sekolah
Halimah pernah bersekolah di Singapore Chinese Girls' School pada akhir 1960-an. Hanya sedikit murid Melayu yang bersekolah di sana. Namun, ia hampir dikeluarkan dari Singapore Chinese Girls' School karena ia sering tidak masuk kelas. Hal tersebut ia lakukan bukanlah karena ia malas, namun ia harus berjualan demi menghidupi dirinya serta keluarga.
"Itu adalah salah satu momen terburuk dalam hidup. Namun saya berkata pada diri sendiri, 'berhenti mengasihani diri sendiri, angkat dirimu dan tetap maju,’” kenangnya.
Halimah kemudian melanjutkan pendidikannya di Tanjong Katong Girls' School dan lulus dari Universitas Singapura dengan gelar sarjana hukum. Ia kemudian mendapatkan gelar Master Hukum di National University of Singapore.
6. Penoreh Sejarah
Pada 11 September, diumumkan bahwa Halimah menjadi perempuan presiden pertama di Singapura, setelah menjadi satu-satunya calon presiden untuk mendapatkan Sertifikat Kelayakan.
Dua calon presiden terkemuka lainnya, Farid Khan dan CEO perusahaan properti Salleh Marican, didiskualifikasi dari pemilihan karena mereka tidak memenuhi kriteria. Sebagai pelamar sektor swasta, merupakan keharusan bagi mereka untuk memenuhi persyaratan tersebut. Halimah berhasil memenuhi kriteria sektor publik dengan memegang jabatan sebagai pembicara setidaknya selama tiga tahun.
Selain itu, Halimah juga merupakan perempuan presiden pertama di Singapura. Ia juga berhasil memecahkan budaya sebagai etnis Melayu pertama yang menduduki jabatan presiden di Singapura.
Setelah terpilih, ia mengucapkan terima kasih kepada orang-orang Singapura dan meminta persatuan salam sambutannya yang diberikan dalam bahasa Inggris dan Melayu.
"Kita membutuhkan setiap warga Singapura untuk saling bahu-membahu... Kita belum mencapai puncaknya, yang terbaik belum datang. Saya meminta agar kita fokus pada persamaan yang kita miliki dan tidak pada perbedaannya," tukas Halimah. (pai)
(Rifa Nadia Nurfuadah)