PUBLIK tengah dihebohkan dengan sosok inspirasional, Halimah Yacob. Karena Halimah merupakan kandidat tunggal, maka langkahnya menuju kursi Presiden Singapura hanya tinggal menunggu sumpah jabatan. Menurut laporan dari Kantor Perdana Menteri Singapura, Halimah akan dilantik sebagai presiden kedelapan Singapura pada Kamis 14 September pukul 18.00 waktu setempat di Istana Kepresidenan.
Selain sebagai presiden terpilih pertama yang merupakan wanita dan dari kalangan etnis Melayu, ada beberapa fakta tentang Halimah Yacob yang tidak banyak yang tahu. Berikut faktanya yang dihimpun dari berbagai sumber oleh Okezone.
1. Merasakan Kemiskinan sejak Kecil
Halimah baru berumur 8 tahun ketika ayahnya yang berprofesi sebagai seorang penjaga meninggal dunia. Sejak saat itu, ibunya menjadi satu-satunya pencari nafkah. Halimah pun membantu ibunya berjualan Nasi Padang sebelum fajar terbit hingga larut malam. Halimah juga membantu ibunya saat membereskan dagangan, membersihkan meja, dan melayani pelanggan.
"Saya mengalami kemiskinan secara langsung dan tahu betapa hal tersebut membuat Anda lemah untuk berjuang hidup, untuk menyediakan makanan, dan juga bergulat dengan ketidakpastian masa depan setiap hari. Hal tersebut membatasi pilihan Anda, tetapi juga membuat tekad Anda lebih besar untuk mencapai keberhasilan,” ungkapnya.
2. Momen Menyedihkan dalam Hidupnya
Ibu kandung dari Halimah berusia 90 tahun ketika meninggal pada 11 September 2015. Hari tersebut bertepatan dengan hari pemungutan suara Pemilu 2015. Ia mengungkapkan bahwa momen tersebut merupakan momen paling menyedihkan dalam hidupnya.
3. Dunia Politik Tidak Asing bagi Halimah Yacob
Halimah bergabung dalam dunia politik atas desakan dari Perdana Menteri Goh Chok Tong pada 2001. Ia terpilih sebagai Anggota Parlemen (MP) untuk Konstituensi Perwakilan Jurong Group (GRC). Sepuluh tahun kemudian, portofolionya kian kinclong dengan jabatan Menteri Negara yang kemudian menjadi Kementerian Pengembangan Masyarakat, Pemuda, dan Olahraga.
Sebelum mengumumkan niatnya untuk mencalonkan diri sebagai Presiden, Halimah menjabat sebagai Ketua Parlemen dan anggota parlemen untuk Marsiling-Yew Tee. Namun kedua jabatan tersebut ia lepas terkait pencalonan dirinya sebagai presiden.
4. Tidak Didukung Keluarga
Keputusan untuk mencalonkan diri untuk menjabat posisi tertinggi di Singapura tidak mudah. Bukan karena semua orang tidak menyukainya ataupun kekurangan pendukung dari warga Singapura, namun ibu lima anak ini justru tidak didukung oleh anak-anaknya. Anak-anak Halimah tidak nyaman dengan publik yang begitu menyoroti mereka jika Halimah benar-benar menjadi presiden. Namun berkat diskusi bersama anak-anak dan sang suami, Mohamed Abdullah, akhirnya mereka semua pun mendukung Halimah.
5. Hampir Dikeluarkan dari Sekolah
Halimah pernah bersekolah di Singapore Chinese Girls' School pada akhir 1960-an. Hanya sedikit murid Melayu yang bersekolah di sana. Namun, ia hampir dikeluarkan dari Singapore Chinese Girls' School karena ia sering tidak masuk kelas. Hal tersebut ia lakukan bukanlah karena ia malas, namun ia harus berjualan demi menghidupi dirinya serta keluarga.
"Itu adalah salah satu momen terburuk dalam hidup. Namun saya berkata pada diri sendiri, 'berhenti mengasihani diri sendiri, angkat dirimu dan tetap maju,’” kenangnya.
Halimah kemudian melanjutkan pendidikannya di Tanjong Katong Girls' School dan lulus dari Universitas Singapura dengan gelar sarjana hukum. Ia kemudian mendapatkan gelar Master Hukum di National University of Singapore.
6. Penoreh Sejarah
Pada 11 September, diumumkan bahwa Halimah menjadi perempuan presiden pertama di Singapura, setelah menjadi satu-satunya calon presiden untuk mendapatkan Sertifikat Kelayakan.
Dua calon presiden terkemuka lainnya, Farid Khan dan CEO perusahaan properti Salleh Marican, didiskualifikasi dari pemilihan karena mereka tidak memenuhi kriteria. Sebagai pelamar sektor swasta, merupakan keharusan bagi mereka untuk memenuhi persyaratan tersebut. Halimah berhasil memenuhi kriteria sektor publik dengan memegang jabatan sebagai pembicara setidaknya selama tiga tahun.
Selain itu, Halimah juga merupakan perempuan presiden pertama di Singapura. Ia juga berhasil memecahkan budaya sebagai etnis Melayu pertama yang menduduki jabatan presiden di Singapura.
Setelah terpilih, ia mengucapkan terima kasih kepada orang-orang Singapura dan meminta persatuan salam sambutannya yang diberikan dalam bahasa Inggris dan Melayu.
"Kita membutuhkan setiap warga Singapura untuk saling bahu-membahu... Kita belum mencapai puncaknya, yang terbaik belum datang. Saya meminta agar kita fokus pada persamaan yang kita miliki dan tidak pada perbedaannya," tukas Halimah. (pai)
(Rifa Nadia Nurfuadah)