Sejarah TNI dan Rakyat Perang Lawan Penjajah Kembali Hidup di Balikpapan

Amir Sarifudin , Jurnalis
Kamis 05 Oktober 2017 14:40 WIB
Drama perjuangan TNI di Balikpapan. (Amir S/Okezone)
Share :

BALIKPAPAN - Ratusan orang tampak beraktivitas seperti biasa. Ada yang berjualan sayur mayur, bertani hingga menggembala kambing.

Namun suasana riuh pasar dan tenangnya persawahan berubah mencekam saat pasukan Jepang yang telah mengusir Belanda rupanya ingin menjajah bangsa Indonesia. Slogan 3A (Nippon Pemimpin Asia, Nippon Pelindung Asia dan Nippon Cahaya Asia) cuma propaganda untuk mengambil hati saja.

Namun rakyat Indonesia tidak tinggal diam. Mereka melakukan perlawanan bersenjata. Begitu pula dengan pemimpin-pemimpin politik yang melakukan perlawanan di meja diplomasi.

Pendudukan Jepang atas bumi Indonesia hanya seumur jagung. Cuma 3,5 tahun dan harus menyerah dengan tentara sekutu saat berperang di palagan Asia Pasifik dalam Perang Dunia ke 2.

Rupanya kedatangan sekutu diboncengi NICA alias Belanda yang ingin kembali menguasai bumi pertiwi. Rakyat Indonesia yang telah memproklamasikan kemerdekaan melakukan perlawanan. Taktik perang gerilya pun dilakukan Jenderal Sudirman bersama pasukannya.

Sementara Bung Tomo mengobarkan semangat arek-arek Suroboyo yang mengepung hotel Yamato karena mengibarkan bendera tiga warna milik Belanda. Puncak hotel Yamato akhirnya dikuasai dan bendera 3 warna itu dirobek birunya hingga berganti merah dan putih.

Itulah lakon drama kolosal yang dilakukan prajurit Kodim 0905 usai upacara HUT ke 72 TNI di lapangan Merdeka, kota Balikpapan, Kalimantan Timur (5/10/2017).

"Idenya memang dari perjuangan bangsa dan TNI kan lingkupnya nasional, makanya kami angkat lagi sejarah itu," kata Kolonel Inf Hendri Wijaya, Dandim 0905 Balikpapan.

Sejarah perjuangan itu sengaja diangkat karena melihat kondisi terkini bangsa Indonesia yang mudah terkotak-kotak karena isu politik. Bahkan mudah tersinggung dan terpecah belah ketika bersinggungan Suku, Agama, Ras dan Antargolongan atau SARA.

"Perjuangan pendahulu itu tidak ada melihat latar belakang karena punya perasaan yang sama. Kebersatuan itu, hanya dengan alat seadanya, bahkan dengan bambu runcing kita bisa menunjukan kepada dunia bahwa Indonesia masih ada," jelasnya.

Drama kolosal ini melibatkan 300 pemain baik prajurit Kodim, Lanal dan Lanud termasuk warga sipil. Selama sebulan mereka dilatih bersama artis teater yang tergabung di Dewan Kesenian Balikpapan.

"Tidak ada suka dukanya. Cuma sempat terkendala menyiapkan miniatur seperti hotel Yamato termasuk ikon-ikon perjuangan yang lain. Makanya kita berusaha membuatnya semirip mungkin dengan bentuk asli," lanjutnya.

Selain drama kolosal, HUT ke 72 TNI ini Kodim 0905 juga melakukan kegiatan bedah rumah dan kerja bakti massal mengeruk sedimentasi di beberapa drainase untuk mengantisipasi banjir.

"Kalau drama kolosal, kita juga akan tetap memainkannya, tentu dengan alur cerita yang berbeda dan kita sedang mempelajari sejarah perjuangan di kota ini," pungkas Hendri. (sym)

(Mufrod)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya