WASHINGTON – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Rex Tillerson mengatakan bahwa Washington telah menetapkan pemimpin militer Myanmar sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kekerasan yang terjadi pada etnis Rohingya. Ini adalah sebuah pernyataan tegas dari AS yang selama ini berusaha membangun hubungan yang baik dengan Pemerintah Myanmar yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi.
Meski mengeluarkan pernyataan tersebut, Tillerson tidak mengatakan apakah AS akan mengambil tindakan terhadap para pemimpin militer Myanmar atas kebijakan yang memaksa lebih dari 500 ribu warga Muslim Rohingya mengungsi ke Bangladesh. Dia menambahkan, Washington sangat prihatin dengan situasi yang terjadi.
"Dunia tidak bisa hanya diam saja dan menyaksikan kekejaman yang dilaporkan terjadi di wilayah tersebut. Kami benar-benar menyatakan kepemimpinan militer bertanggungjawab atas apa yang terjadi," kata Tillerson sebagaimana dikutip dari Reuters, Kamis (19/10/2017).
Tillerson mengatakan, AS memahami bahwa Myanmar memiliki masalah dengan kelompok militan, namun militer harus didisiplinkan dan dikendalikan dalam cara yang digunakan untuk menangani masalah tersebut dan untuk memberikan akses ke wilayah tersebut "sehingga kita dapat memahami sepenuhnya mengenai keadaan di sana."
“Jika laporan-laporan itu benar, maka seseorang harus bertanggung jawab atas apa yang terjadi dan hal itu tergantung pada pemimpin militer Myanmar untuk memutuskan, ke arah mana mereka ingin membawa Myanmar ke masa depan,” ujarnya lagi.
BACA JUGA: Kasihan! Pengecekan Diperketat, 15 Ribu Pengungsi Rohingya Terlantar di Pinggir Sungai
Kekerasan di Provinsi Rakhine, Myanmar kembali pecah pada akhir Agustus lalu setelah kelompok militan tentara pembebasan Rohingya (ARSA) melakukan serangan ke pos dan markas militer Myanmar. Operasi militer yang digelar militer Myanmar di Rakhine telah memaksa warga Muslim Rohingya untuk keluar dari Rakhine dan memunculkan beberapa laporan mengenai tindak pembunuhan, pembakaran dan pemerkosaan di sana.
(Rahman Asmardika)