“Jika laporan-laporan itu benar, maka seseorang harus bertanggung jawab atas apa yang terjadi dan hal itu tergantung pada pemimpin militer Myanmar untuk memutuskan, ke arah mana mereka ingin membawa Myanmar ke masa depan,” ujarnya lagi.
BACA JUGA: Kasihan! Pengecekan Diperketat, 15 Ribu Pengungsi Rohingya Terlantar di Pinggir Sungai
Kekerasan di Provinsi Rakhine, Myanmar kembali pecah pada akhir Agustus lalu setelah kelompok militan tentara pembebasan Rohingya (ARSA) melakukan serangan ke pos dan markas militer Myanmar. Operasi militer yang digelar militer Myanmar di Rakhine telah memaksa warga Muslim Rohingya untuk keluar dari Rakhine dan memunculkan beberapa laporan mengenai tindak pembunuhan, pembakaran dan pemerkosaan di sana.
(Rahman Asmardika)