AMBON - Kegiatan International Interfaith Dialogue (IID) dan Pertemuan Nasional Senior GMKI sudah selesai dengan baik dan ditutup oleh Wakil Gubernur Maluku Dr. Zeth Saburua, SH, MH pada tanggal 19 November 2017.
Sebagian besar peserta yang hadir dari berbagai negara dan daerah sudah kembali ke asalnya masing-masing. Namun ternyata masih ada cerita yang tertinggal di Kota Ambon, salah satunya adalah batalnya Kepala UKP-PIP Yudi Latif menghadiri pembukaan International Interfaith Dialogue yang dihadiri 500-an peserta, perwakilan pemerintah provinsi Maluku dan Kota Ambon, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan pimpinan nasional berbagai organisasi kemahasiswaan.
"Kepala UKP-PIP sebenarnya sudah tiba di Ambon untuk menjadi keynote speaker acara IID dengan tema Kembali ke Pancasila Untuk Merawat Kebhinekaan. Namun ada miskomunikasi dengan panitia sehingga mobil yang menjemput beliau telat sampai ke bandara. Beliau kemudian langsung naik taksi menuju hotel, padahal peserta masih menunggu di Taman Budaya, lokasi pelaksanaan pembukaan IID," ujar Koordinator Wilayah Maluku Pengurus Pusat GMKI, Dodi Soselisa saat diwawancarai tentang kronologis kejadian, Senin (20/11/2017).
Dodi menyampaikan bahwa panitia sudah mendatangi ke hotel untuk meminta maaf, namun Kepala UKP-PIP dan stafnya menolak untuk bertemu.
"Panitia tiga kali datang ke hotel untuk meminta maaf. Bahkan yang ketiga kalinya Ketua Umum Pengurus Pusat GMKI bersama beberapa pengurus lainnya juga ikut ke hotel untuk menyampaikan permohonan maaf dan mengajak Yudi Latif menuju ke lokasi acara. Pada saat tiba di hotel, Ketum berpapasan dengan Yudi Latif dan stafnya di lobi hotel. Ketum menyampaikan permohonan maaf dan mengatakan bahwa acara masih berlanjut dan peserta serta undangan masih menunggu Yudi Latif. Beberapa undangan tersebut antara lain Walikota dan Wakil Walikota Ambon. Sayangnya, Yudi Latif tidak memberikan respons dan lebih memilih mencari makan malam," ungkap Dodi.
"Wajar jika Kepala UKP-PIP kecewa karena telat dijemput. Tapi panitia sudah tiga kali meminta maaf. Seharusnya sebagai pejabat negara setingkat menteri, Yudi Latif berkarakter negarawan, bukannya bersikap seperti elitis atau raja yang menolak memaafkan kesalahan rakyat. Apalagi Yudi Latif adalah Kepala UKP-PIP, memantapkan ideologi Pancasila. Pancasila mengajarkan nilai-nilai kegotongroyongan, egaliter, kemanusiaan. Tidak seperti yang ditunjukkan Yudi Latif," jelas Dodi melanjutkan.
Sekretaris Fungsi Bidang Hubungan Internasional PP GMKI, Ruben Frangky Oratmangun yang turut menjemput ke bandara menyampaikan bahwa GMKI mengundang Kepala UKP-PIP menjadi keynote speaker karena GMKI ingin menunjukkan kepada peserta terkhusus peserta internasional bahwa nilai-nilai Pancasila sangat baik dan tepat untuk diimplementasikan tidak hanya di Indonesia, namun juga dunia.
"Sayangnya niat baik GMKI ini tidak dipedulikan oleh pemerintah, dalam hal ini Kepala UKP-PIP. Kepala UKP-PIP yang bertugas memantapkan ideologi Pancasila justru tidak Pancasilais. Yudi Latif lebih peduli pada dirinya, padahal kedatangannya dan rombongan ke Ambon menggunakan fasilitas negara. 500-an peserta dibiarkan terlantar, padahal Yudi Latif sudah berada di kota yang sama, dan datang ke Ambon untuk menghadiri agenda IID ini," ujar Ruben.
"Pejabat negara seharusnya merakyat, melayani, tidak elitis dan hanya ingin dilayani. Presiden harus mempertimbangkan ulang posisi Kepala UKP-PIP ini. Sangat berbahaya jika yang memimpin pemantapan ideologi Pancasila hanya menguasai wacana dan jago berbicara saja, namun tidak mampu menerapkannya saat berinteraksi dengan rakyat," jelasnya.
Sementara itu, Ketua Umum GMKI, Sahat Sinurat menjelaskan bahwa pihaknya menyayangkan tak hadirnya Yudi Latif untuk menjadi keynote speaker dalam IID. Namun, pihaknya berusaha menjaga tali silaturahmi dengan UKP-PIP, karena memiliki satu tujuan dan visi yang sama.
"Baru beberapa bulan lalu GMKI meluncurkan buku Pancasila Rumah Bersama, dan yang kami minta menuliskan Sekapur Sirih adalah Yudi Latif. Saya rasa kejadian kemarin karena ada miskomunikasi dan GMKI sendiri akan selalu berkomitmen mengutamakan Pancasila dalam aktivitas organisasi," ujarnya.
Di lain pihak, Kepala UKP-PIP Yudi Latif yang diwakili Romo Benny Soesetyo menampik anggapan dari GMKI. Menurutnya, pihak panitia lah yang tak profesional dalam menggelar acara.
"Tidak benar seperti yang disampaikan itu. Yang terjadi justru sebaliknya adalah sikap tidak profesionalnya panitia penyelenggara," jelas Romo Benny.
Menurutnya, Yudi Latif dan tim dari UKP-PIP telah menunggu lebih dari dua jam di bandara. Hal tersebut membuat pihaknya kesal, lantaran Yudi Latif memiliki jadwal lain di Ambon. Namun, Romo Benny mengungkapkan bahwa masalah ini tak perlu dibesar-besarkan.
"Sebenarnya agak malu juga kalau ini menjadi masalah besar. Tapi, marilah kita belajar dari kejadian tersebut," jelasnya.
(Khafid Mardiyansyah)