JAKARTA - Myanmar dan Bangladesh sudah menandatangani kesepakatan repatriasi bagi warga Rohingya. Sebagaimana diketahui, ratusan ribu etnis Rohingya saat ini ditampung oleh Bangladesh di Cox's Bazaar sejak Agustus lalu.
Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno LP Marsudi, mengapresiasi langkah maju tersebut. Kesepakatan repatriasi tersebut adalah sebuah perkembangan positif. Hal itu disampaikan usai bertemu Duta Besar Myanmar Ei Ei Khin Aye.
"Sebelumnya saya tadi pagi bicara dengan Menlu Bangladesh. Saya menyampaikan bahwa perjanjian repatriasi adalah satu perkembangan positif. Saya berharap dapat segera diimplementasi," ujar Menlu Retno kepada awak media di Hotel JS Luwansa, Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (24/11/2017).
BACA JUGA: Myanmar - Bangladesh Sepakat Pulangkan Ratusan Ribu Etnis Rohingya
Ia menambahkan, lewat perjanjian tersebut akan dibentuk suatu kelompok kerja bersama untuk menindaklanjuti perjanjian. Pemulangan baru akan terjadi setelah kelompok kerja tersebut guna mengawasi proses repatriasi.
"Janji utama Daw Suu adalah repatriasi, rekonstruksi dan rehabilitasi, serta pembangunan ekonomi. Mereka akan menyiapkan infrastruktur agar pengungsi bisa pulang dengan selamat," sambung Menlu Retno.
Pemulangan paling lambat terjadi dalam jangka waktu dua bulan setelah kelompok kerja terbentuk. Banyak negara yang siap untuk membantu. Indonesia sendiri, menurut Menlu Retno, akan mendukung.
BACA JUGA: Menlu Pastikan Indonesia Terus Bergerak Bantu Selesaikan Krisis Rakhine
Diplomat kelahiran Semarang itu menyampaikan, mekanisme pemulangan tergantung dari kedua negara. Akan tetapi, Indonesia menekankan agar keamanan para pengungsi terjamin.
"Kita bicara banyak tentang Rakhine di KTT ASEM. Saya tekankan pentingnya jaminan keamanan saat kembali. Kalau keamanan tidak dijamin maka kita sangat khawatir akan terjadi lagi (krisis kemanusiaan)," tutup Menlu Retno.
(Rifa Nadia Nurfuadah)