MESKIPUN oposisi Arab begitu kuat, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tetap memisahkan Palestina dan mendukung terbentuknya negara Yahudi yang independen. Hal ini terjadi pada Sidang PBB 70 tahun lalu, tepatnya pada 29 November 2017.
Konflik modern antara Yahudi dan Arab di Palestina dimulai pada 1910-an. Saat itu kedua kelompok memperebutkan wilayah yang dikuasai Inggris tersebut.
Orang-orang Yahudi tergabung dalam Zionis. Mereka merupakan imigran dari Eropa dan Rusia saat itu yang bersatu untuk membentuk negara Yahudi. Namun penduduk Arab Palestina tidak terima dan berusaha melawan demi mendirikan negara Palestina sekuler.
Bertahun-tahun kemudian, orang Arab dan Yahudi akhirnya melakukan perang terbuka di Palestina pada 1929. Melihat itu, Inggris membatasi imigran Yahudi demi membantu orang-orang Arab.
Akibat tragedi Holokaus di Eropa pada masa Perang Dunia (PD) II, banyak orang Yahudi ke Palestina secara ilegal. Kelompok Radikal Yahudi merekrut teroris untuk melawan pasukan Inggris di Palestina karena dianggap menghianati Zionisme.
Saat PD II berakhir pada 1945, Amerika Serikat mengambil alih Zionisme. Sementara Inggris, yang tidak bisa menemukan solusi praktis, mengajukan masalah tersebut kepada PBB. Hasilnya, pada 29 November 1947, organisasi perdamaian itu memilih untuk membagi-bagi Palestina.
Yahudi memiliki lebih dari separuh wilayah Palestina. Padahal berdasarkan jumlahnya, setengah dari jumlah penduduk di sana adalah orang Palestina.