Tindakan AS mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel bisa dianggap sebagai penjiplakan praktik demokrasi yang tidak mempertimbangkan unsur kultur dan budaya, serta potensi konflik.
"Iya, karena (misalnya) AS menyerang Irak tanpa alasan yang jelas, akibatnya Irak hancur lebur, jauh lebih makmur waktu Saddam Hussein (memimpin). Dengan kritikan juga kepada Saddam cara memerintah, tapi rakyatnya lebih makmur dulu daripada sekarang," ujar JK.
Sebagaimana diketahui, Pemerintah AS telah mengumumkan untuk mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. Langkah itu dinilai tidak saja membahayakan proses perdamaian tetapi juga perdamaian dan stabilitas terutama di kawasan Timur Tengah.
Negeri Paman Sam sebelumnya selalu mempertahankan status quo dari Yerusalem dan berkeras bahwa status Yerusalem harus ditentukan melalui dialog, bukan pengakuan sepihak. Akan tetapi, sikap tersebut dilanggar secara sepihak lewat pengakuan terhadap Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel.
(Wikanto Arungbudoyo)