"Orang-orang di sana, saat gunung berapi meletus, mereka segera bergegas untuk melarikan diri. Jadi mereka membutuhkan makanan, air, tempat penampungan dan pakaian juga,” kata Sekretaris Jenderal Palang Merah Internasional PNG, Uvenama Rova sebagaimana dilansir The Star, Senin (15/1/2018).
Buletin yang diterbitkan oleh Observatorium Vulkanologi Rabaul menyebutkan, pada Minggu, 14 Januari, kubah lava di Kadovar dapat terlihat di lautan. Lava yang mengalir menyebabkan terbentuknya awan uap yang membumbung hingga 600 meter di atas permukaan laut.
Menteri Luar Negeri Australia, Julie Bishop menyatakan bahwa Pemerintah Australia telah menyumbangkan bantuan kemanusiaan senilai AUSD25 ribu (sekira Rp264 juta) untuk membantu warga yang terkena dampak letusan Kadovar.
BACA JUGA: Gempa Bumi Berkekuatan 6,7 Skala Richter Guncang Papua Nugini
Ahli Vulkanologi dari Universitas Macquarie, Australia, Chris Firth mengatakan, tidak ada catatan mengenai letusan Gunung Kadovar sebelumnya. Namun, para peneliti menduga catatan mengenai dua pulau yang terbakar dari bajak laut Inggris di abad ke-17 kemungkinan mengacu pada Kadovar.
(Rahman Asmardika)