"Jika ada kampanye hitam yang menyerang, kami tidak akan membalasnya. Kami akan tetap fokus mensosialisasikan program kerja kami," kata Esthon.
"Kami hanya bisa berdoa semoga Tuhan memaafkan segala dosa dan kesalahannya. Kami tak perlu membalas dengan menyerang balik," tambahnya.
Menurutnya, menyerang balik dengan menyebar isu miring mengenai kandidat lain tidak akan memberi manfaat bagi pendidikan politik bagi rakyat. Para kandidat dan tim relawan pasangan memiliki tanggung jawab untuk bisa memberikan pendidikan politik yang baik dan postif kepada masyarakat alih-alih menabur dan menyebar kampanye hitam serta fitnah yang akan menjadikan masyarakat pemilih terkotak-kotak.
"Saya hanya mau agar daerah dan negeri ini bisa aman dan damai meskipun sedang berkompetisi dalam pilkada karena dalam Tuhan kita adalah saudara," katanya.
Dengan cara itu diharapkan pelaksanaan pesta demokrasi rakyat lima tahunan di NTT itu bisa berlangsung dengan sangat damai dan bermartabat.
Pilkada Serentak di NTT diikuti empat pasangan calon gubernur-wakil gubernur. Mereka adalah Esthon Foenay-Chris Rotok yang diusung Partai Gerindra, PAN dan Perindo; Pasangan Marianus Sae-Ny Emiliana Nomleni diusung PDIP dan PKB; Pasangan Beny K Harman-Beni Litelnoni diusung Partai Demokrat, PKPI dan PKS; serta pasangan Viktor Bungtilu Laiskodat-Jos Naisoi diusung Partai NasDem, Golkar dan Partai Hanura.
BACA JUGA: Didukung Perindo di Pilgub NTT, Pasangan Esthon-Chris Merasa Lebih Percaya Diri
Selain pemilihan gubernur, 10 kabupaten di NTT juga memilih pemimpin dalam Pilkada Serentak 2018. Kesepuluh kabupaten itu adalah Timor Tengah Selatan (TTS), Kupang, Rote Ndao, Sumba Tengah dan Sumba Barat Daya (SBD), Manggarai Timur, Nagekeo, Ende, Sikka dan Alor.
(Rahman Asmardika)