Pada 11 Januari, militer Myanmar menerangkan, 10 orang etnis Rohingya itu termasuk dalam kelompok 200 orang teroris yang menyerang aparat keamanan. Sejumlah warga desa menyerang puluhan orang itu dengan pedang sementara tentara menembaknya hingga mati.
Pengakuan versi militer Myanmar itu bertolak belakang dengan kesaksian yang diberikan oleh saksi mata kepada Reuters. Mereka mengatakan tidak ada serangan terhadap aparat keamanan di Desa Inn Din. Salah seorang etnis Rohingya menuturkan, 10 orang itu diambil secara paksa dari ratusan pria, wanita, dan anak-anak yang berusaha mencari perlindungan di pantai dekat desa tersebut.
Sebagaimana diketahui, Rakhine State kembali bergejolak setelah serangan yang dilakukan kelompok militan ARSA ke pos-pos perbatasan pada akhir Agustus 2017. Serangan tersebut dibalas dengan agresi militer besar-besaran yang memicu eksodus sekira 690 ribu etnis Rohingya ke Bangladesh.
(Wikanto Arungbudoyo)