Selain itu juga bisa dilakukan manajemen pembelajaran yang efektif dan efisien. Misalnya guru bisa membahas satu topik dalam 2-3 jam mata pelajaran dengan memfasilitasi siswa dalam kelompok untuk berdiskusi. Kelompok diskusi terdiri dari enam kelompok, dengan tiap dua kelompok membahas salah satu persepektif/kajian dari topik tersebut lalu dipresentasikan oleh perwakilan kelompok dari tiap persefektif/kajian. Presentasi tentunya menampilkan hasil diskusi yang terbaik dan yang kurang untuk diminta tanggapan dari kelompok lain. Guru kemudian mengonfirmasi dan menguatkan hasil dari diskusi tersebut dan pada akhirnya seluruh siswa bisa menarik kesimpulan dari satu topik tersebut secara utuh.
Jadi penerapan kurikulum 2013 memang menuntut guru untuk inovatif, pro aktif, dan bisa membuat siswa aktif dalam pembelajaran. Melalui kurikulum 2013 ini siswa diharapkan mempunyai keterampilan abad 21 dengan memiliki softskill 4C (Communication, Collaboration, Critical Thinking and Problem Solving, dan Creativity and Innovation). Selain itu juga siswa akan dilatih untuk mengasah kemampuan berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, serta berpikir kreatif yang merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order of Thinking Skill/HOTS).
Beban yang lain yang dirasakan guru adalah dokumen administratif kurikulum 2013 yang menurut guru sangat banyak. Dokumen ini mulai dari penyusun RPP, pendesainan instrumen penilaian, dan pengolahan dan pelaporan hasil penilaian. Sebetulnya dokumen administratif untuk kurikulum 2013 ini tidak terlalu sulit, namun terkadang dianggap beban karena belum terbiasa. Kendati demikian, hal ini sebenarnya bisa disiasati. Apabila ada kesulitan dalam template dan cara menyusun dokumen, hal ini bisa ditanyakan pada rekan guru yang lebih mengerti atau sudah ikut pelatihan. Selain itu mencari referensi di internet juga bisa dijadikan pilihan.
Yang jelas, bila diberi kesempatan untuk ikut pelatihan kurikulum 2013, guru tersebut harus pro aktif, sehingga dalam penyusunan dokumen administratif untuk kurikulum 2013 dan permasalahan-permasalahan dalam penerapan kurikulum 2013 dapat dicarikan solusinya. Guru juga bisa meminta bantuan kepada rekan guru, atau berbagi tugas dengan sesama guru di komunitas sekolah dalam menyusun dokumen administratif kurikulum 2013 di awal tahun pembelajaran.
Jalan lain yang bisa ditempuh adalah mengefektifkan peran komunitas (KKG/MGMP) dengan saling berbagi informasi dan membuka forum diskusi. Ini tentunya akan sangat membantu guru dalam menerapkan kurikulum 2013. Akan lebih baik lagi bila komunitas tersebut bisa membuat kegiatan yang dapat memberikan penguatan kurikulum 2013 dan pelatihan kurikulum 2013 secara mandiri.
(Hessy Trishandiani)