SANGGAU - Tidak kurang dari 20 persen bangunan SD di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat mengalami kerusakan. Mulai rusak ringan hingga berat. Sebagian besar bangunan SD yang rusak itu berada di daerah perbatasan dengan negara tetangga, Malaysia.
Salah satunya, SD Negeri 15 Segumon di Kecamatan Sekayam, Sanggau. Selain kerusakan pada sarana prasarana belajar, ruang kelas di SD yang berjarak sekitar empat kilometer dari garis batas negara ini juga masih kurang.
Dengan kondisi itu, sehingga sebagian kegiatan belajar mengajar saat ini dialihkan ke bekas bangunan rumah dinas guru di sebelah gedung sekolah.
"Rang belajar di sini banyak yang rusak dan kurang. Kemudian untuk meubeler juga kondisinya sudah memprihatinkan. Termasuk lantai. Cor semennya itu sudah banyak yang hancur, sudah hampir rata dengan tanah, terus plafon juga tidak ada," kata Kepala Sekolah SD Negeri 15 Segumon, Arif Setiono, belum lama ini.
Ia menambahkan, kondisi bangunan bekas rumah dinas guru yang menjadi ruang kelas sementara ini juga memprihatinkan. Bangunannya terbuat dari kayu yang sebagian sudah lapuk termakan usia.
"Kami khawatir juga dengan kondisi seperti itu. Karena bisa saja terjadi hal-hal yang tidak diinginkan diwaktu jam pelajaran berlangsung. Harapan saya pihak terkait memperhatikan ini," sambungnya.
Kondisi ruang belajar yang tidak nyaman itu membuat sebagian murid tidak betah berada kelas. Matrovia, siswi kelas IV SD Negeri 15 Segumon ini, khawatir kelasnya roboh saat sedang belajar. "Susah, kalau cuaca panas. Takut (roboh) kalau hari hujan," ucapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sanggau Sudarsono menegaskan, perbaikan gedung SD Negeri 15 Segumon akan difokuskan di tahun anggaran 2019.
“Kondisi fisik ruang kelasnya memang rusak. Karena program kita belum menyentuh ke situ tahun ini, maka tahun 2019 baru kita programkan untuk merehab ruang kelasnya,” tegasnya.
Selain merehab ruang kelas, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan juga bakal menambah ruang baru untuk mengatasi kekurangan lokal di SD tersebut. “Kita sudah cek, di SD Negeri 15 Segumon ruang kelasnya kurang. Rombelnya 10, sementara ruang kelasnya 8. Jadi masih kekurangan dua lokal, nah ini juga (tahun) kedepan baru bisa kita programkan,” janjinya.
Ditanya tentang keselamatan dalam proses belajar mengajar di sekolah tersebut, Sudarsono menyampaikan, secara teknis bakal meminta bantuan konsultan untuk memeriksanya.
“Nanti kita minta konsultan yang cek bangunannya, apakah memang tidak kuat atau bagaimana. Tapi nanti, sepanjang konsultan menyimpulkan masih kuat, kita anggarkan di 2019. Tetapi kalau terjadi suatu hal, umpamanya ada kejadian alam sampai roboh akan kita sikapi segera,” pungkasnya.
(Khafid Mardiyansyah)