BENGKULU - Bengkulu, merupakan satu dari 34 provinsi yang ada di Indonesia. Provinsi berjuluk ''Bumi Rafflesia'' ini memiliki 10 kabupaten dan kota. Di mana di setiap daerah memiliki desa atau kelurahan serta kecamatan. Tak terkecuali di Kabupaten Bengkulu Tengah.
Di kabupaten bermotto 'Maroba Kite Maju' ini memiliki salah satu desa. Dahulunya, dusun berada di pedalaman atau terpencil di Kecamatan Karang Tinggi Kabupaten Bengkulu Tengah. Namun, dusun itu sudah hilang atau lenyap di 'telan bumi', selama 64 tahun.
Cuaca di Kota Bengkulu Provinsi Bengkulu, cerah berawan. Begitu juga dengan kabupaten yang berjarak sekira 25 kilometer (km) dari Kota Bengkulu ini, Bengkulu Tengah. Termasuk di desa Sukarami Kecamatan Karang Tinggi.
Di desa ini ada salah satu keturunan dari suku paljemas, suku dari dusun Napal Ujan Emas (Napajemas). Hairum (67), namanya. Ketua Adat Desa Sukarami. Pria berkumis itu keturunan dari nenek moyang Suku Satu. Rumahnya, tak jauh dari perbatasan desa, 15 meter kira-kira. Di perbatasan desa Sukarami dan Durian Demang Kecamatan Karang Tinggi, tepatnya.
Sore itu, pria kelahiran 1951 tahun silam itu baru pulang dari kebun. Mengenakan baju lengan panjang, dengan perpaduan berbagai warna dengan mengenakan celana dasar atau 'goyang'. Di usia yang sudah uzur, pria 67 tahun ini masih teringat cerita asal muasal dusun Napal Ujan Emas. Tempat tanah kelahirannya.
Dusun itu merupakan dusun terpencil berada di pedalaman. Namanya, Napal Ujan Emas. Napajemas, masyarakat setempat menyebutnya. Dusun itu sudah hilang di 'telan bumi'. Saat ini telah menjadi hutan belantara dan areal perkebunan masyarakat. Daerah tersebut ditinggalkan penduduk sejak 64 tahun atau sekira tahun 1954.
Mereka mengungsi ketiga dusun. Saat ini sudah menjadi desa. Seperti, desa Sukarami Kecamatan Taba Penanjung, desa Durian Demang dan Penanding Kecamatan Karang Tinggi. Tiga desa tersebut merupakan bagian dari 143 desa/kelurahan yang tersebar di 10 kecamatan di Kabupaten Bengkulu Tengah.
"Dusun itu sekarang sudah tidak ada. Sudah menjadi areal perkebunan dan hutan belantara," kata pria 67 tahun ini, kepada Okezone, ketikan ditemui di kediamannya, beberapa waktu lalu.
Asal Muasal Nama Napajemas, Napal Mengeluarkan Percikan Air Mirip Emas
Dusun Napajemas merupakan dusun terpencil berada di pedalaman provinsi berjuluk "Bumi Rafflesia". Dusun itu diketahui sudah ada sejak zaman nenek moyang masyarakat Napajemas, suku satu. Masyarakat setempat menyebut suku paljemas.
Tidak diketahui secara persis tahun berapa nenek moyang suku paljemas berada di dusun itu. Diketahui sebelum tahun 1900-an dusun tersebut sudah berpenghuni.
Sebelum lenyap di telan bumi, dusun yang berjarak sekira tujuh kilometer (KM) dari pusat desa Sukarami Kecamatan Karang Tinggi ini memiliki aliran sungai. Sungai itu terdapat di bagian bawah dusun. Namanya, sungai Penawai. Di bagian tepi aliran sungai terdapat napal. Napal itu berbentuk mirip dengan dinding.
Hairum (Foto: Demon Fajri/Okezone)
Napal itu pun mengeluarkan percikan air, air terjun. Masyarakat terdahulu menyebutnya dengan nama 'Napal Menangis'. Air percikan mirip air terjun itu ketika jatuh ke bagian bawah mirip emas. Sehingga nama dusun itu di beri nama Napal Ujan Emas.
"Di bagian bawah dusun ada aliran sungai, di tepi sungai terdapat napal terbentuk mirip dinding. Napal itu mengeluarkan percikan air. Saat air percikan jatuh ke bawah mirip emas. Makanya dusun itu di sebut Napal Ujan Emas," cerita Hairum (67).