Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Cerita Dusun yang Lenyap "Ditelan Bumi" dari Bengkulu

Demon Fajri , Jurnalis-Rabu, 19 Desember 2018 |06:31 WIB
Cerita Dusun yang Lenyap
Desa Durian Demang merupakan salah satu desa yang didiami keturunan Suku Satu atau Paljemas (Foto: Demon/Okezone)
A
A
A

Masyarakat Napajemas Kosongkan Dusun

Penjajah Belanda masuk untuk kedua kalinya ke dusun Napajemas. Sehingga masyarakat setempat menjadi ketakutan dan panik untuk bergegas meninggalkan dusun. Penduduk asli Napajemas pun kembali mengungsi ketiga desa. Desa Penanding, Durian Demang Kecamatan Karang Tinggi dan desa Sukarami Kecamatan Taba Penanjung.

Meskipun demikian, kisah Hairum, saat itu tentara hitam melakukan perlawanan dan pertempuran terhadap penjajah Belanda yang ada di dusun Napajemas. Perlawanan tersebut membuat penjajah Belanda berhasil di pukul mundur tentara hitam. Sementara rencana pengambilan induk emas di dalam terowongan ajaib pun berhasil digagalkan.

Sejak itu, kata Hairum, induk emas yang diinginkan penjajah Belanda tidak berhasil diambil. Di masa keberhasilan pengusiran penjajah Belanda, tentara hitam pun secara berangsur meninggalkan dusun tersebut. Hal tersebut juga diikuti oleh masyarakat setempat.

"Induk emas tidak berhasil diambil oleh penjajah Belanda," ingat Hairum.

Sekira tahun 1954 dusun Napajemas mulai ditinggalkan secara keseluruhan oleh penduduk asli masyarakat dusun Napajemas. Hairum sendiri meninggalkan dusun tempat tanah kelahirannya saat duduk di bangku kelas II sekolah dasar (SD). Sejak tahun itu pun dusun Napajemas hilang 'di telan bumi'.

"Mulai ditinggalkan pada tahun 1954. Saat ini saya sudah berusia delapan tahun, duduk di bangku kelas II SD," ulas Hairum.

 Tokoh Adat Durian Demang, Lamsir (Foto: Demon Fajri/Okezone)

Ditambahkan tokoh masyarakat desa Durian Demang Kecamatan Karang Tinggi, Lamsir (67), dusun Napal Ujan Emas hilang karena adanya penjajah yang menyerbu dusun. Sehingga penduduk yang mendiami dusun menjadi ketakutan dan memilih mengungsi ke daerah yang lebih aman.

"Saya mengungsi ke desa Durian Demang, ketika usia 10 tahun. Kala itu ada penjajah Belanda masuk ke dusun," ingat keturunan suku Paljemas ini, kepada Okezone.

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement