Saat gempa bumi berkekuatan 7,4 pada skala Richter terjadi Jumat (28/9) petang, Safrudin masih di rumah, belum sempat ke pantai. "Kami saling tunggu, karena kamar mandi cuma satu, tujuh keluarga berkumpul di sana, jadi pasti telat untuk ke pantai," kata Safrudin. Rumah kerabatnya berada sekitar lima kilometer dari pantai, termasuk yang paling utuh dari guncangan gempa.
Ia tidak menyangka bahwa keputusannya untuk berkumpul dahulu di rumah kerabat, justru menyelamatkan mereka semua dari bencana: tsunami di Pantai Talise, gempa bumi, dan fenomena alam likuefaksi yang menelan rumahnya di Petobo.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperkirakan tedapat 5.000 orang lebih yang masih hilang di Balaroa dan Petobo, yang mengalami likuefaksi dan amblesan.
BNPB memutuskan untuk mengakhiri masa pencarian korban hilang pada Jumat, 12 Oktober 2018, setelah sebelumnya sempat diputuskan pada 11 Oktober 2018.
(Qur'anul Hidayat)