Bertahan Hidup, Doni Bersama Keluarga Makan Dedaunan
Sejak menikah, ayah dari tiga orang anak ini tidak mau menyerah begitu saja, untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dia rela menjadi kuli bangunan. Begitu juga dengan istrinya, Dewi. Sebelum memiliki anak batita, Dewi saban hari selalu berkeliling jualan sayur mayur di daerah Kelurahan Dusun Besar.
Namun, anak sejak anak bungsunya, Insan Salamullah (1), lahir, pekerjaan itu Dewi hentikan. Sebab, dirinya musti merawat dan menjaga anaknya yang masih batita tersebut. Sementara, Doni bekerja sebagai perawat hewan ternak, milik salah satu pengusaha. Sesekali, Doni sebagai buruh bangunan. Hal tersebut ketika ada tawaran dari rekan-rekannya.
Kerja serabutan tersebut sama sekali tidak dapat sepenuhnya memenuhi kebutuhan mereka berlima. Sehingga mereka musti bertahan, dengan apa adanya. Memanfaatkan tanaman sayuran di sekitar pekarangan gubuk. Pisang rebus, daun singkong serta dedaunan lainnya yang dapat mengganjal perut.
Kondisi tersebut mereka alami sejak 8 tahun silam, bersama istrinya. Begitu juga ketika buah hati mereka lahir ke dunia. Mereka hanya makan apa yang bisa dimakan.
"Kalau ada uang beli beras. Kalau tidak ada, saya bersama istri dan anak-anak makan sayur-sayuran yang kami tanam di sekitar rumah. Kadang sehari hanya makan pisang rebus, tanpa makan nasi. Sempat juga tidak ada makan nasi selama dua hari, hanya makan sayur-sayuran saja," aku Doni, sembari menggendong anak bungsunya.
Dimasuki ''Tamu Tak Diundang'', Anak Sakit-Sakitan
Kondisi bangunan yang tidak layak huni itu membuat gubuk, Doni acap kali dimasuki ''Tamu Tidak di Undang'' binatang buas. Ular, lipan, contohnya. Kedatangan hewan buas itu terjadi ketika malam hari, saat mereka sekeluarga istirahat. Beruntung mereka tidak sempat menjadi korban kegananasan dari hewan buas tersebut.
Kedatangan hewan buas tersebut, bukan satu atau dua kali. Namun, kondisi tersebut acap kali. Meskipun demikian, setiap hari mereka sekeluarga selalu was-was dan cemas ketika ada hewan buas. terlebih ketika saat istirhat malam.
''Sering masuk ular, lipan juga,'' kata ayah dari Rahman Al Aziz (7).
Perekonomian yang serba kekurangan tersebut, ditambah kondisi rumah yang tidak layak membuat mereka sekeluarga, sering mengalami sakit-sakitan. Terlebih, kepada anak-anaknya yang masih bocah. Kondisi tersebut diperparah dengan belum adanya jaminan kesehatan yang mereka kantongi.
Hari itu, Doni bersama keluarganya baru sehat dari sakit. Mereka hanya berobat di bidan setempat. Bahkan, mereka sempat menahan rasa sakit dengan cara beristirahat, ketika tidak mengantongi uang. Untuk kartu BPJS, hanya dirinya dan sang istri. Sementara, untuk ketiga anaknya sama sekali belum memiliki kartu BPJS.
"Anak saya sering sakit. Saya juga baru sehat, hari ini. Satu keluarga kami sakit," sampai ayah dari tiga orang anak ini.
Terkait hal tersebut, Dinas Sosial Kota Bengkulu, mengecek kondisi gubuk reot milik Doni yang didiami mereka sekeluarga. Hal tersebut disampaikan, Kepala Dinas Sosial Kota Bengkulu, Syahrul Tamzie, Jumat (26/10/2018).
"Kami barusan sudah cek ke lapangan. Kita lihat dahulu langkah-langkah apa yang harus kita upayakan," kata Syahrul.
Sementara itu, Wali Kota Bengkulu, Helmi Hasan mengatakan, pihaknya akan segera meninjau gubuk Doni. "Insya Allah Tim Pemkot Segera ke sana (ke rumah Doni)," sampai Helmi.
(Khafid Mardiyansyah)