JAKARTA - Pertemuan tertutup antara elite Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dan PP Muhammadiyah menghasilkan empat poin penting.
Pembahasan yang menghabiskan waktu dua jam antara Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj dan Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menyadari pentingnya kedaulatan dan kemajuan bangsa dan negara.
Sekjen PBNU Helmy Faishal Zaini mengatakan dalam poin pertama kedua belah pihak menekan pentingnya keutuhan dan kedaulatan negara dan kesatuan Indonesia.
"Satu, berkomitmen kuat menegakkan keutuhan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan atas Pancasila sebagai bentuk dan sistem kenegaraan yang Islami.
Bersamaan dengan itu menguatkan dan memperluas kebersamaan dengan seluruh komponen bangsa dalam meneguhkan integrasi nasional dalam suasana yang damai, persaudaraan, dan saling berbagi untuk persatuan dan kemajuan bangsa," katanya di Gedung PP Muhammadiyah, Jalan Menteng Raya, Jakarta Pusat.
Poin kedua menyinggung untuk mendukung sistem demokrasi dan proses demokratisasi sebagai mekanisme politik kenegaraan.
"Dan seleksi kepemimpinan nasional yang dilaksanakan dengan profesional, konstitusional, adil, jujur, dan berkeadaban.
Semua pihak agar mendukung proses demokrasi yang substantif serta bebas dari politik yang koruptif dan transaksional demi tegaknya kehidupan politik yang dijiwai nilai-nilai Agama, Pancasila, dan kebudayaan luhur Indonesia," lanjutnya.
Sementara itu, Sekum Muhammadiyah Abdul Mu'ti, melanjutkan, meningkatkan komunikasi dan kerjasama yang konstruktif untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, membangun masyarakat yang makmur baik material maupun spiritual.
"Komunikasi dan kerjasama tersebut sebagai perwujudan ukhuwah keumatan dan kebangsaan yang produktif untuk kemajuan Indonesia," ucapnya.
Point terakhir, Abdul menyinggung masuknya tahun politik, di mana semua pihak agar mengedepankan kearifan, kedamaian, toleransi, dan kebersamaan di tengah perbedaan pilihan politik.
"Kontestasi politik diharapkan berlangsung damai, cerdas, dewasa, serta menjunjung tinggi keadaban serta kepentingan bangsa dan negara. Hindari sikap saling bermusuhan dan saling menjatuhkan yang dapat merugikan kehidupan bersama. Kami percaya rakyat dan para elite Indonesia makin cerdas, santun, dan dewasa dalam berpolitik," tutupnya.
(Rachmat Fahzry)