(A.R. Baswedan/Foto: Wikipedia)
Anies bercerita, pada saat ibu kota pemerintahan Indonesia pindah ke Jogjakarta. AR Baswedan yang juga pendiri Persatuan Arab Indonesia (PAI) ikut hijrah ke Jogjakarta bersama tokoh pergerakan lainnya.
"Ketika Republik pindah ke Jogja, semua tokoh-tokoh pergerakan pindah termasuk kakek saya. Dan di Jogja dipinjami rumah oleh warga Jogja. Ada namanya Haji Bilal yang meminjamkan puluhan rumah untuk kami," ucapnya.
Anies mengaku pada saat kakeknya menjadi seorang wartawan dari surat kabar Tionghoa-Melayu Matahari atau Sin Tit Po sempat dikejar-kejar oleh Kolonial Belanda lantaran tulisan AR Baswedan dianggap mengancam pemerintahan Hindia Belanda.