Rizal mengatakan, modus operandi politik genderuwo di bidang ekonomi, yakni dengan melakukan markup data-data ekonomi yang ada atau dengan membuat data sendiri. Data yang bertentangan dengan data dari badan resmi.
“Selain itu, tafsirnya lebay, dilebih-lebihkan. Tujuannya agar pelaku usaha dan masyarakat menjadi takut berkegiatan. Opini-opini dibangun dengan suara keras dan masif untuk melakukan framing di benak masyarakat bahwa ekonomi akan suram ke depan,” ujarnya.
Setelah sukses menakut-nakut publik, ditawarkan ide-ide dan program-program atau resep-resep ekonomi yang tidak masuk akal. “Misalnya, menyetop impor secara total, mengobral subsidi, menutup investasi asing secara paripurna dan sebagainya,” ucap Rizal.
Partai pendukung Joko Widodo-Ma'ruf Amin itu berharap, agar para politisi menjelang Pemilu 2019, menebar ekonomi optimisme dan membangkitkan harapan bagi rakyat.
”Angka-angka dan data-data ekonomi harus dilihat secara realistis dan juga membangkitkan optimisme. Politik bangsa yang baik itu adalah bahkan membangkitkan optimisme meski di tengah data-data ekonomi yang kurang menggembirakan. Apalagi kalau data-data ekonominya relatif bagus dibandingkan negara lain,” ucap Rizal.
Sebelumnya, ungkapan politik genduruwo disampaikan Presiden Jokowi saat bepidato pada pembagian sertifikat tanah untuk masyarakat Kabupaten Tegal, Jawa Tengah hari ini. Dalam kesempatan itu, dia menyebut saat ini banyak politikus yang pandai memengaruhi, dan tidak menggunakan etika dan sopan santun politik yang baik.