JAKARTA – Tim Kampanye Nasional (TKN) menilai ada keretakan dalam partai politik pendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Abdul Karding, Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin menduga sumber keretakan koalisi Prabowo-Subianto berasal dari dominasi Gerindra.
"PKS juga mengeluh, PAN pernah mengeluh dan Demokrat juga pernah mengeluh bahwa sesungguhnya menujukkan bahwa koalisi ini sedang retak dan dianggap bahwa hanya Geridra lah yang ingin mengambil keuntungan sendiri," jelas Karding saat dihubungi, Jumat (16/11/2018).
Dlm pilpres yang paling menentukan "Capres-nya". Capres adalah "super star". Capres mesti miliki narasi & gaya kampanye yang tepat *SBY*
— S. B. Yudhoyono (@SBYudhoyono) 15 November 2018
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam Twitternya membalas pihak Gerindra yang memaksanya untuk mengampanyekan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Baca: SBY Merasa Belum Lihat Jabaran Visi dan Misi Prabowo-Sandiaga
Baca: Gerindra Sebut Permintaan Maaf Prabowo-Sandi sebagai Tata Krama yang Berjiwa Besar
Kata Karding, kondisi seperti ini seharusnya tak boleh terjadi. Menurut Karding, dalam koalisi sejatinya semua partai politik mendapatkan keuntungan yang sama dan proporsional.
"Terutama keuntungan elektoral. Karena begini, kita masing-masing pengen partai kita besar. Nah, kalau di kami, kami berusaha seluruh partai-partai lain dalam kondisi besar bersama," ucapnya.
Karding mengatakan, partai-partai yang ada di Koalisi Indonesia Kerja sepakat untuk menyusun strategi bersama-sama agar antara kepentingan partai politik sejalan demgan kepentingan untuk memenangkan Jokowi-Ma'ruf di Pilpres 2019.
"Kita menyadari ada efek ekor jas, tetapi kita juga menyadari bahwa itu bisa dikurangi efeknya dengan langkah-langkah tertentu. Karena ada beberapa negara juga bisa mengatasi itu," pungkasnya.
(Rachmat Fahzry)